LABUAN BAJO – Masyarakat Labuan Bajo kini tengah bersiap menanti terwujudnya destinasi wisata baru di daerah mereka. Pasalnya, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sudah berencana untuk mengembangkan kawasan pariwisata berkelanjutan dan terintegrasi di salah satu titik di kawasan tersebut.
Tepatnya di atas tanah seluas 400 hektar yang termasuk ke dalam kawasan Hutan Bowosie, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Nantinya, destinasi wisata tersebut memiliki 4 zona, yaitu zona cultural district, zona adventure district, zona wildlife district, dan zona leisure district.
Oleh karena itu, konsep pengembangan yang akan diterapkan nantinya adalah ecotourism atau wisata alam berupa hutan alami.
Akan tetapi, ketika tim BPOLBF melakukan survei ke dalam kawasan hutan, kondisi Hutan Bowosie sangat memprihatinkan dengan sebagian besar yang telah dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
“Banyak titik lokasi yang ditebang, bahkan sebagian besar dibakar oleh pihak tidak bertanggung jawab. Kami harus lakukan peremajaan agar hutan terlihat asri kembali” ucap Direktur Utama BPOLBF, Shana Fatina dalam keterangannya.
Sebagaimana konsep yang akan diusung, daya tarik utama destinasi ini nantinya tentu berupa pepohonan yang menawarkan pemandangan hijau dan suasana asri.
Oleh sebab itu, menurut Shana, “Bagaimana wisatawan mau datang jika pohonnya ditebang dan dibakar?”
“Tidak hanya ditebang dan dibakar, sebagian lokasi sudah berubah menjadi lahan pertanian dengan jenis tanaman semusim yang rendah mengikat tanah dan air,” lanjutnya.
Sebagai upaya mengembalikan kondisi Hutan Bowosie, pihak BPOLBF akan memulainya dengan penanaman yang intensif.
Maka dapat dikatakan perjalanan destinasi wisata ini masih cukup jauh dari kata “resmi dimulai”.
Sementara itu, hasil analisis BPOLBF menunjukkan bahwa nantinya destinasi ini akan dapat menyerap hingga 10.000 tenaga kerja yang otomatis akan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Tidak hanya kebutuhan SDM yang besar, kebutuhan supply hasil pertanian dan peternakan, kerajinan tangan, atraksi budaya, dan sebagainya, juga akan meningkat.
“Akan terjadi perputaran ekonomi di kawasan tersebut, hasil UMKM di Labuan Bajo akan terserap di kawasan tersebut, tidak kalah pentingnya desa-desa di sekitar akan ditata dan dilibatkan, seperti kebutuhan SDM, supply logistik, produk kreatif, seni budaya, kebutuhan homestay, dan sebagainya,” ungkap Shana.
Adapun kawasan hutan yang akan dijadikan lahan pariwisata dalam rencana ini hanyalah 1,98% dari luas hutan secara keseluruhan, yaitu 20.193 hektar.