AMERIKA SERIKAT – Ketika upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan di sekitar Ukraina terus berlanjut, citra satelit justru menunjukkan keadaan yang, mungkin, sebaliknya.
Yaitu pemandangan sejumlah peralatan lapis baja dan pasukan dari garnisun Rusia yang diyakini oleh seorang analis dapat menunjukkan peningkatan kesiapan militer.
Perusahaan Amerika Serikat Maxar Technologies telah merilis gambar baru yang menunjukkan beberapa pergerakan besar kelompok pertempuran di sekitar garnisun militer di Soloti, Rusia, pada 13 Februari.
Sebelumnya, mereka telah memantau pembangunan militer Rusia di sepanjang perbatasan dengan Ukraina selama berminggu-minggu.
Gambar yang dirilis pada hari Minggu (20/2), yang belum diverifikasi secara independen, menunjukkan sebagian besar unit tempur dan peralatan pendukung di Soloti telah berangkat.
Akan tetapi jalur kendaraan yang luas dan beberapa konvoi peralatan lapis baja terlihat di seluruh area tersebut, kata perusahaan itu.
“Aktivitas baru ini mewakili perubahan dalam pola penyebaran kelompok pertempuran [tank, pengangkut personel lapis baja, artileri dan peralatan pendukung] yang diamati sebelumnya,” kata Maxar dalam sebuah rilis.
Beberapa peralatan juga telah dikerahkan di sebelah timur Valuyki, Rusia, di sebuah lapangan yang berjarak sekitar 15 km di utara perbatasan Ukraina.
Sejumlah penempatan lapangan baru juga terlihat di barat laut kota Belgorod di Rusia, kata Maxar.
Stephen Wood selaku Direktur Senior Biro Berita Maxar mengatakan kepada Reuters bahwa, berdasarkan trek dan salju, aktivitas itu tampaknya terjadi baru-baru ini.
“Bagi saya, itu menunjukkan peningkatan kesiapan,” katanya.
Berita itu muncul saat Moskow memutuskan untuk melanjutkan latihan militer di negara tetangga, Belarusia, yang akan berakhir pada Minggu.
Belarus mengatakan pada Senin (21/2) bahwa penarikan pasukan Rusia dari wilayahnya akan sangat bergantung pada NATO yang menarik kembali pasukannya dari dekat Belarus dan Rusia.
NATO sendiri memperkirakan ada 30.000 tentara Rusia di sana dan hal ini justru membuka kemungkinan mereka bisa tetap di sana tanpa batas waktu.
Sumber: Al Jazeera