22 C
Indonesia

Mengenang Tsunami Aceh 2004 Dari Museum Tsunami Aceh

Must read

ACEH – Tujuh belas tahun sudah tsunami Aceh berlalu, namun kengerian saat itu agaknya masih membekas di benak para korban yang selamat.

Gempa besar memicu marahnya laut yang kemudian mengirim pasukan gelombangnya ke darat; menyapu apapun yang dilewatinya hingga tak bersisa.

Dilaporkan ratusan ribu jiwa pergi bersama keindahan Serambi Mekah saat itu, meninggalkan kesedihan serta ratapan yang mendalam dari mereka yang bertahan.

Baca Juga:

Baru-baru ini, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil diundang oleh Gubernur Aceh Nova Iriansyah Nurdin untuk menghadiri peringatan tersebut.

Jika ada pertanyaan mengapa ia mendapat undangan, maka tengoklah Museum Tsunami Aceh di dekat Masjid Baiturrahman itu. Museum megah yang dibangun untuk mengenang peristiwa dahsyat tahun 2004 lalu itu lahir dari desain Kang Emil saat ia masih seorang arsitek dahulu.

Desain yang Kang Emil ajukan pada sayembara internasional tahun 2007 lalu itu bernama Rumoh Aceh as Escape Hill.

Tujuannya adalah agar museum ini tidak hanya dijadikan tempat mengenang tragedi tsunami dahulu, namun juga tempat pembelajaran mitigasi bencana serta tempat pengungsian jika nantinya bencana serupa datang kembali.

Meskipun begitu, tidak ada satupun orang yang menginginkan hal tersebut terjadi.

Museum Tsunami Aceh terdiri dari empat lantai dan memiliki luas bangunan sekitar 2.500 meter persegi. Desain keseluruhan bangunan merujuk pada nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan abstraksi tsunami.

Terlihat dari tampilan luar yang merupakan perpaduan rumah tradisional Aceh dan gelombang tsunami. Dalam hal ini, Kang Emil mendesain baik bagian luar maupun bagian dalam museum.

Ketika memasuki museum, pengunjung akan melewati sebuah lorong kecil dengan pencahayaan minim. Lorong ini dinamakan Ruang Renungan.

Selagi terus melangkah, pengunjung akan mendengar sayup-sayup azan serta merasakan percikan air. Dengan ini, diharapkan pengunjung dapat mulai merasakan suasana yang sedang dibangun oleh museum.

Setelah merasakan sambutan penuh tekanan tersebut, pengunjung akan sampai di ruangan The Light of God.

Di ruangan ini, emosi akan semakin dipermainkan ketika mendapati seluruh bagian dinding ruangan tersebut penuh oleh nama-nama korban yang pergi bersama tsunami.

Dengan pencahayaan yang sama minimnya, serta lantunan ayat suci Al-Qur’an yang terdengar, nama-nama tersebut terlihat berpendar; menegaskan eksistensi mereka yang pernah ada di sini sebelumnya.

Meminta setiap mata yang memandang agar lebih tunduk pada Sang Maha Kuasa.

Pintu keluar ruangan tersebut membawa pengunjung pada Jembatan Harapan.

Jembatan ini didesain melingkar dengan 25 bendera dari berbagai negara terlihat menggantung di bagian atasnya.

Bendera-bendera tersebut mewakili setiap negara yang ikut serta membantu Aceh pasca kejadian tsunami dahulu.

Di lantai teratas adalah ruang evakuasi. Sesuai dengan namanya, ruangan ini sengaja dipersiapkan untuk menampung warga sekitar jika nantinya bencana gempa atau tsunami kembali datang.

Ruangan ini tidak bisa diakses oleh pengunjung, karena kesterilannya diperlukan hingga hari itu tiba. Tapi tentu, tidak ada yang mengharapkan hari itu betul tiba.

Selain ruangan-ruangan tadi, Museum Tsunami Aceh juga menyediakan berbagai daya tarik lainnya seperti 22 alat peraga, 7 maket, dan 26 foto mengenai tsunami Aceh.

Pengunjung dapat mengambil banyak pelajaran dari setiap barang tersebut.

Fasilitas di Museum Tsunami Aceh juga terbilang sudah lengkap. Museum ini memiliki toilet yang bersih, lahan parkir yang luas, mushola yang nyaman, toko oleh-oleh, ruang geologi, pusat kuliner, hingga perpustakaan ada di dalam pelayanan museum.

Oleh karena itu, museum ini cocok untuk dikunjungi sendirian, bersama teman, maupun bersama keluarga.

Untuk sampai ke museum ini, calon pengunjung cukup berkendara selama 5–15 menit dari Masjid Baiturrahman. Tepatnya berada di Jalan Sultan Iskandar Muda, Sukaramai, Baiturrahman, Banda Aceh.

Museum dapat dikunjungi setiap hari mulai pukul 09.00–16.00 WIB. Tiket masuknya juga sangat murah, yaitu Rp2.000 untuk pengunjung usia anak-anak, pelajar hingga mahasiswa, Rp3.000 untuk pengunjung berusia dewasa, dan Rp10.000 untuk pengunjung dari luar negeri (turis asing).

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru