JAKARTA – Setelah mengalami masa pandemi covid-19 yang cukup panjang 2020-2021, yang membawa pengaruh pada stagnansi ekonomi, tidak mengherankan bila banyak orang mempertanyakan prediksi 2022. Apakah kondisinya akan membaik dibandingkan tahun selama pandemi?
Indonesia mengerjakan “PR” berat selama pandemi. Beberapa progresivitas program Pemerintah patut diakui. Mulai dari Infrastruktur. Pada momentum Kompas CEO Forum 2021 baru-baru ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan perkembangan infrastruktur yang berhasil dikerjakan dalam rentang waktu enam tahun belakangan ini.
Di antaranya, jalan tol total sepanjang 1.640 kilometer selesai dikerjakan di berbagai wilayah di Indonesia. Jalan non-tol pun jauh lebih banyak lagi, yaitu sejauh 4.600 kilometer. Jumlah bandara yang dibangun mencapai 15 bandara. Selebihnya, ada ekspansi bandara dan perbaikan bandara lama. Jumlah pelabuhan baru 124 pelabuhan dan terdapat 22 pelabuhan yang diperkirakan akan bertambah menjadi 65 bendungan pada 2024 mendatang.
Tentu saja kita memaknai infrastruktur lebih dari sekadar bangunan fisik. Perkembangan infrastruktur yang cukup ekspansif di berbagai daerah selayaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dibukanya infrastruktur baru berarti dibukanya peluang-peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor.
Sebutlah sektor industri perkebunan dan pertanian yang sebelumnya minim akses karena berlokasi di daerah yang sulit terjangkau. Dengan dibukanya jalan, berarti akses distribusi dari sumber hasil pertanian dan perkebunan ke industri ataupun ke masyarakat akan semakin terbuka. Peluang usaha baru juga akan bermunculan di sepanjang akses jalan yang baru dibuka.
Ini baru satu sektor saja. Bayangkan jika sektor-sektor lain juga ikut terkoneksi semakin mudah dengan jalan tol, pelabuhan, jalan non-tol, dan jembatan. Misalnya, untuk sektor tambang. Komoditas tambang akan semakin lancar terdistribusi ke pusat industri pengolahan, yang berdampak pada penekanan biaya distribusi. Belum lagi sektor pariwisata potensial yang akan semakin terbuka menyambut wisatawan baru karena dimudahkan oleh akses.
Poin penting yang perlu dicatat di sini adalah aksi dari para Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat telah membangun infrastruktur dan membuka akses. Giliran Pemerintah Daerah yang perlu mempergunakan akses ini dengan sebaik-baiknya untuk mendorong aktivitas ekonomi masyarakat di daerahnya.
Menyoal pandemi covid-19, kita patut bersyukur. Program vaksinasi di Indonesia dipuja-puji sejumlah negara karena digerakkan begitu cepat. Bahkan, dalam kesempatan yang sama, Jokowi mengemukakan bahwa terdata 219 juta vaksin telah disuntikkan ke masyarakat. Kemungkinan hal inilah yang mempengaruhi pengendalian covid-19.
Namun, ingat. Janganlah lengah, janganlah kendor. Hingga saat ini, virus korona terus mengalami mutasi; kita pun tidak tahu kapan mutasi virus ini akan mencapai titik henti. Selama virus korona terus bermutasi, ancaman pandemi gelombang kedua, ketiga, dan seterusnya bisa saja terjadi.
Mari tengok kondisi China yang kembali memberlakukan lockdown akibat wabah covid-19 varian delta makin meluas. Belum lagi Malaysia dan Australia serta Jerman, negeri jiran yang belum mengendorkan ketatnya pengawasan standar keselamatan dan kesehatannya.
Jadi, jika dibilang ekonomi akan segera pulih setelah infrastruktur dan pandemi terkendali, sepertinya masih terlalu dini. Kita belum mengetahui persisnya tentang perkembangan virus korona di kemudian hari. Jika 2020 ekonomi mandeg dan hingga kini covid-19 belum sirna, janganlah jumawa. Tetap berjaga-jaga dengan penerapan prosedur perlindungan diri masing-masing yang ketat.
Justru yang perlu jadi perhatian adalah masalah inflasi. Tiap tahun inflasi pasti terjadi. Belum terbayang kondisi dan situasi inflasi pada 2022 ketika ekonomi bergerak merangkak. Meskipun demikian, kita tentunya mengharapkan yang terbaik yang terjadi. Walau ekonomi belum melaju kencang, paling tidak inflasi tetap terkendali. Kita lihat saja 2022 nanti.