GLASGOW – 48 negara yang tergabung dalam Powering Past Coal Alliance (PPCA) sepakat untuk menghentikan penambangan batubara. Jumlah ini termasuk dengan kemunculan Ukraina, Polandia dan Singapura di menit terakhir.
CNBC merilis bahwa tiga negara pengguna batu bara terbesar dunia ternyata tidak ikut serta dalam keputusan tersebut. Ketiga negara tersebut adalah China, India dan Amerika Serikat.
Padahal IEA sendiri telah mengeluarkan aturan bahwa agar target emisi bersih di tahun 2050 tercapai, maka investasi di pembangkit listrik tenaga batu bara baru harus segera dihentikan.
Sebagaimana diketahui, 28 negara tergabung dalam aliansi internasional yang didedikasikan untuk menghapus penambangan batu bara secara bertahap karena dianggap sebagai sumber pencemaran terbesar di dunia.
Batubara menjadi sepertiga bahan bakar yang paling banyak digunakan di dunia. Dan disaat yang bersamaan, batu bara juga menjadi penyumbang terbesar pada perubahan iklim.
lebih dari sepertiga energi yang dikonsumsi di seluruh dunia, merupakan kontributor tunggal terbesar terhadap perubahan iklim. Tak hanya China, India dan AS, dua negara lain seperti Jepang dan Australian juga belum menandatangani PPCA karena tidak ingin berkontribusi pada aturan ini.
Meski demikia, beberapa kota-kota di AS telah tergabung dalam PPCA seperti Philadelphia, New Jersey, dan Los Angeles. Sementara itu pada Rabu (3/11) kemarin Polandia mengumumkan untuk ikut dalam PPCA.
Polandia sendiri merupakan konsumen batu bara terbesar kedua di Eropa dan produsen batu bara terbesar di kawasan itu, sementara Singapura adalah negara Asia pertama yang bergabung dengan PPCA. Penandatangan tambahan lainnya termasuk Chili, Estonia dan Mauritius.
Negara-negara yang tergabung dalam PPCA seperti Inggris, Selandia Baru, dan Jerman ingin memajukan transisi dari penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara tanpa henti ke energi bersih. Padahal negara-negara tersebut merupakan raksasa pengguna batu bara terbesar di Eropa.
Beberapa lembaga keuangan besar, termasuk HSBC, Fidelity International dan Vancity – yang semuanya bergabung dengan aliansi pada hari Rabu – juga termasuk di antara anggota PPCA.
Negara-negara dan perusahaan di dunia mengambil keputusan ini karena batu bara menjadi topik hangat di KTT iklim COP26 di Glasgow pada hari ini, Kamis (4/11).
Anggota parlemen Inggris Alok Sharma yang menjabat sebagai presiden COP26, mengatakan bahwa akhir dari batu bara sudah di depan mata.
Dalam catatannya, Polandia, Vietnam dan Chili untuk pertama kalinya mau berkomitmen untuk mengakhiri penggunaan batu bara di negaranya masing-masing.
Pemerintah Inggris mengatakan bahwa negara-negara yang tergabung dlam PPCA berjanji untuk mengakhiri investasi batu bara baik di dalam dan luar negeri. Negara-negara ini juga diimbau untuk meningkatkan penggunaan energi hijau.
Negara-negara maju yang telah menandatangi perjanjian ini diyakininya akan berkomitmen untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap pada tahun 2030-an, sementara target dunia lainnya adalah pada tahun 2040-an.
Menurut laporan Mei dari IEA, untuk mencapai target nol emisi bersih pada tahun 2050, investasi di pembangkit listrik tenaga batu bara baru harus segera dihentikan.
Menteri Bisnis Inggris Kwasi Kwarteng mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu kemarin mengatakan komitmen baru yang dibuat secara internasional itu menandai momentum lahirnya era baru.
“Negara-negara dari seluruh penjuru dunia bersatu di Glasgow untuk menyatakan bahwa batu bara tidak berperan dalam pembangkit listrik masa depan kita,” katanya.
“Komitmen ambisius hari ini yang dibuat oleh mitra internasional kami menunjukkan bahwa akhir dari batu bara sudah di depan mata. Dunia bergerak ke arah yang benar, siap untuk menutup nasib batu bara dan merangkul manfaat lingkungan dan ekonomi dari membangun masa depan yang didukung oleh energi bersih,” tandasnya.