DEPOK – Mantan Sekretaris Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Muhammad Said Didu ikut memberikan komentarnya terkait staf khusus (stafsus) presiden milenial yang dinilai belum memberikan kontribusi.
Dalam pernyataannya, Said Didu kali ini tampak memberikan sindiran terhadap stafsus milenial yang semestinya menjadi wakil dari kaum milenial tersebut.
Seolah meluruskan pendapat yang menyatakan stafsus milenial belum memberikan kontribusi, Said Didu pun mempertanyakan terkait belum atau bahkan memang tidak pernah ada kontribusi dari mereka.
“Belum (berkontribusi) atau tdk pernah ada ?,” kata Said Didu di akun Twitternya di @msaid_didu pada Minggu, 31 Oktober 2021 sebagaimana disadur dari Depok.com.
Diketahui sebelumnya, Perwakilan Persaudaraan Aktivis dan Warga (Pandawa) Nusantara, Andi Wahyudin memberikan pendapatnya terkait stafsus milenial.
Dalam acara yang digelar secara daring, Andi Wahyudin menilai stafsus milenial yang diperkenalkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 21 November 2019 lalu tersebut sampai saat ini belum memberikan kontribusi nyata.
Alih-alih berkontribusi untuk kaum milenial, menurutnya para stafsus milenial tersebut malah menuai kontroversi di tengah publik.
Oleh sebab itu, ia menyarankan agar stafsus milenial dibubarkan karena terkesan hanya membuang anggaran pemerintah.
“Mungkin saya sepakat dengan beberapa orang yang bilang lebih baik dibubarkan saja karena tidak ada kontribusinya. Jadi buat apa juga gitu, ngabis-ngabisin anggaran saja saya rasa,” ujar Andi Wahyudin.
Padahal menurutnya, dari stafsus milenial tersebut diharapkan akan muncul kebijakan-kebijakan yang membuat kaum milenial merasa lebih luas dalam berekspresi.
“Kami sangat berharap dengan adanya stafsus milenial yang ada di istana itu bisa memberikan kontribusi yang banyak bagi kaum milenial karena mereka juga ketika misalnya ada stafsus di istana ada wajah-wajah kebijakan yang bisa lahir, sehingga kaum milenial ini merasa dengan adanya mereka bisa berekspresi lebih luas,” ucapnya menjelaskan.
Stafsus milenial tersebut diketahui berisi tujuh orang pemuda yang menjadi pendiri-pendiri komunitas atau usaha besar di Indonesia, salah satunya CEO Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara.
Kemudian terdapat pula CEO Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung, CEO Amarta Andi Taufan Garuda Putra, penggerak Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi dan lainnya.