SINGAPURA – Tingginya angka kematian lansia akibat virus corona di Singapura membuat pemerintah mengeluarkan aturan yang menganjurkan agar para lansia untuk tinggal di rumah saja.
Dilansir dari The Straits Times, diketahui bahwa imbauan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini ternyata tidak membuat para lansia senang. Karena bagi mereka tinggal di rumah tidak akan membuat mereka aman dari covid-19.
Salah satunya adalah Lee Kok Leong (75) seorang pensiunan yang sudah tinggal di rumah lebih dari 18 bulan. Ia mengaku sudah bosan karena hari-harinya hanya dilalui dengan menatap dinding rumahnya yang berada di Bedok.
Ia tahu bila aturan tersebut dilakukan untuk melindungi orang-orang seusianya dari virus corona. Namun, karena Ia dan istrinya sudah divaksin dengan Pfizer pada April 2021 lalu, maka sekarang mereka mulai menikmati waktu barang satu hingga dua jam di luar rumah setiap hari. Waktu ini sudah cukup berkurang jauh karena sebelum pandemi menyerang, Lee Kok Leong mengaku selalu menikmati waktu setidaknya setengah hari bersama teman-temannya di luar rumah.
“Saya mengurangi waktu saya di luar, tetapi jika Anda dikurung di rumah sepanjang hari, itu sangat menegangkan. Istri saya memarahi saya dan menyuruh saya untuk mengurangi waktu saya di luar,” katanya, Kamis (14/10).
Lee tahu bila virus corona menyerang lansia yang berusia lebih dari 60 tahun, meski Ia tidak tahu dengan tepat.
Perlu diketahui, per tanggal 27 September 2021, pemerintah Singapura memperketat pembatasan beraktivitas di luar bagi lansia setelah terjadi lonjakan orang terkena covid-19. Dimana pada tanggal 10 Oktober lalu diumumkan bahwa 83 orang dinyatakan meninggal dunia karena komplikasi covid-19. Dari 83 orang yang meninggal, 79 diantaranya adalah mereka yang berusia di atas 60 tahun.
Namun, tidak hanya untuk persoalan kematian, rumah sakit juga mayoritas diisi oleh pasien lansia. Mereka diketahui membutuhkan suplemen oksigen dan perawatan intensif.
Edward Tang, yang bekerja sebagai pengawas zona Care Corner Senior Services mengatakan banyak manula mengakui tidak aman keluar rumah saat ini karena kasus lansia yang terkena covid-19 sangat tinggi. Namun Ia juga mengatakan bahwa dengan membiarkan para lansia tetap tinggal di rumah justru akan membuat mereka kehilangan keterlibatan sosial mereka.
“Banyak interaksi mereka terjadi di tempat terbuka seperti dek kosong, kedai kopi, pasar, dan Pusat Aktivitas Senior. Karena telah menjadi inti dan bagian integral dari rutinitas mereka, meminta mereka untuk mengubah kebiasaan ini dalam dua minggu mengharuskan mereka untuk melakukan penyesuaian dan mencari cara alternatif untuk tetap terlibat dengan jejaring sosial mereka,” katanya.
Selama seminggu terakhir, The Straits Times berbicara dengan 50 manula di berbagai bidang seperti Chinatown, Beach Road, Waterloo Street, dan Kampong Glam. Sebagian besar mengatakan bila mereka telah membatasi waktu mereka untuk tidak jauh dari rumah. Dimana 22 diantaranya mengaku hanya akan keluar jika benar-benar perlu.
Namun, dari 50 manula ini, 8 diantaranya mengaku mengalami kelesuan karena harus mengikuti aturan untuk tidak bepergian dari rumah. Mereka semuanya telah divaksin dan beberapa diantaranya tengah menunggu suntikan tambahan. Saat ini semua mengaku merasa tetap aman selama mereka menjauh dari keramaian.
Chng Boon Sing (73) mengaku kesulitan melalui hari demi hari di flat sewaan satu kamar miliknya di kawasan Chinatown.
Mantan buruh, yang menunggu suntikan berikutnya ini hanya duduk di lapagnan Kreta Ayer setiap hari sendirian karena orang-orang menghindari daerah tersebut karena takut.
Dr Chew Yat Peng mengatakan beberapa manula mungkin memiliki tugas untuk dijalankan, seperti pergi ke pasar untuk membeli makanan sehingga mereka bisa memasak sendiri.
Konselor utama di O’Joy Care Services, sebuah organisasi kesejahteraan sukarela yang menyediakan konseling dan manajemen kasus untuk manula mengatakan bahwa pemerintah harus menolong para manula tersebut agar mereka memiliki tujuan.
“Untuk beberapa orang tua, perjalanan harian mereka ke pasar terdekat adalah kebiasaan yang berharga dan mereka mungkin menghargai rutinitas semacam ini. Dalam hal ini, mungkin lebih baik pergi keluar setiap dua hari sekali atau apa. Setiap pengurangan akan lebih baik,” jelasnya.
Beberapa Lansia di Singapura Berhenti Vaksin, Sebagian Bahkan Tidak Mau Divaksin
Tinggal dengan seorang adik perempuan yang telah memutuskan untuk tidak melakukan vaksinasi membuat Mr Lim King Joo (70) frustasi.
Mr Lim yang menunggu untuk menerima suntikan booster bulan depan, telah menyelesaikan dua kali suntik vaksin pada awal Mei lalu. Namun, Ia mengungkapkan bila saudara perempuannya yang berumur 65 tahun sampai sekarang ini tidak mau di suntik sama sekali.
Profesor May Lwin, yang merupakan co-director di Communication in Healthcare di NTU (COHEN), sebuah kelompok penelitian interdisipliner di Nanyang Technological University mengatakan meskipun teknologi dapat membantu menutup kesenjangan sosial bagi para manula, teknologi juga telah menjadi saluran informasi yang salah tentang pandemi.
Ia menambahkan bahwa lansia di Singapura lebih cenderung bergantung pada bentuk media tradisional seperti seperti televisi untuk menerima informasi.
Tetapi dengan aplikasi seperti WhatsApp atau Telegram, manula sangat rentan terhadap kesalahan informasi.
“Secara umum, lansia cenderung memiliki tingkat literasi digital yang lebih rendah, yang mencakup kemampuan menggunakan teknologi komunikasi untuk mencari, mengevaluasi, dan mengomunikasikan informasi,” kata Prof Lwin.
“Mereka (lansia) tidak terbiasa menerima informasi di platform yang lebih baru dan karena itu tidak memiliki keterampilan untuk mempertanyakan kebenaran informasi digital yang diterima,” jelasnya.