JAMAIKA – Tur Karibia yang dilakukan pasangan Kerajaan Inggris Pangeran William dan Kate Middleton telah berlanjut dari Belize ke Jamaika pada hari Rabu (23/3). Sama seperti yang terjadi di awal kunjungan sebelumnya, keduanya juga disambut oleh gelombang protes di negara beribu kota Kingston tersebut.
Protes tersebut menuntut adanya reparasi perbudakan dari Kerajaan Inggris atas pengiriman secara paksa 600.000 orang Afrika ke Inggris pada zaman dahulu untuk bekerja sebagai budak.
Menanggapi hal tersebut, dalam pidatonya di kediaman gubernur jenderal setempat, Pangeran William menyatakan persetujuannya atas pernyataan ayahnya bahwa, “kekejaman perbudakan yang mengerikan selamanya menodai sejarah kita”.
Pewaris kedua takhta Kerajaan Inggris itu juga mengungkapkan “kesedihan mendalam” untuk institusi perbudakan, yang menurutnya seharusnya tidak pernah ada.
Meskipun begitu, William tidak mengungkapkan permintaan maaf baik dari dirinya atau mewakili Kerajaan Inggris atas hadirnya lembaran kelam di sejarah Jamaika.
Dalam kesempatan yang sama, Perdana Menteri Jamaika Andrew Holness menyampaikan kepada pasangan William-Kate bahwa negaranya berencana mengikuti jejak Barbados, yaitu untuk “merdeka” dan mengatasi masalah yang “belum terselesaikan”.
Barbados sendiri adalah sebuah negara bekas koloni Inggris di Kepulauan Karibia yang telah secara resmi terlepas dari ikatan persemakmuran pada November lalu.
“Ada masalah di sini yang seperti yang Anda ketahui belum terselesaikan,” kata Holness saat pemotretan dengan William dan Kate.
“Tetapi Jamaika adalah seperti yang Anda lihat sebagai negara yang sangat bangga … dan kami terus maju. Dan kami bermaksud … untuk memenuhi ambisi kami yang sebenarnya untuk menjadi negara yang mandiri, berkembang penuh, dan sejahtera,” lanjutnya.
Selagi Holness menyampaikan seluruh isi pidatonya, tidak ada reaksi langsung baik dari William maupun Kate yang berdiri di sisi pria berusia 49 tahun itu. Keduanya hanya terlihat menganggukkan kepala dengan singkat beberapa kali.
Sebagai informasi, Inggris berkuasa atas Jamaika selama lebih dari 300 tahun. Memaksa ratusan ribu budak Afrika untuk bekerja keras di sana dengan kondisi yang tidak layak.
Meskipun telah mencapai kemerdekaan pada tahun 1962, Jamaika hingga kini masih berada di bawah hubungan persemakmuran Inggris.
Tur Kariba berakhir dengan kunjungan ke Bahama yang berjarak kurang lebih 770 km dari Jamaika pada hari Kamis (24/5).