23.6 C
Indonesia

40 Tahun Tinggal di Sydney Tapi Tetap Cinta Tembang Jawa

Liliek Soemarlono merupakan keturunan Raja-Raja Jawa, Yogyakarta, tepatnya Sri Sultan Hamengkubuwana II . Meskipun berasal dari keluarga ningrat, Liliek muda sama sekali tidak tertarik pada tembang Jawa. Kenyataan itu akhirnya berubah saat usianya menginjak 69 tahun. Simak ulasannya di bawah ini.

Must read

YOGYAKARTA – Tinggal di Sydney, Australia selama puluhan tahun tak membuat wanita ini lupa akan budaya Indonesia. 

Lagu berjudul Lelo Ledung yang diciptakan oleh almarhum Markasan dan dipopulerkan oleh banyak penyanyi seperti Waldjinah jadi salah satu hiburan yang paling menyenangkan bagi Liliek Soemarlono (69).

Wanita yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Australia itu ternyata tidak melupakan adat istiadat leluhurnya, yakni bermain gamelan dan menyanyikan tembang Jawa seperti seorang pesinden.

Baca Juga:

Liliek pindah ke Australia saat berumur 29 tahun. Meskipun seorang ningrat alias keturunan keraton, namun menyanyi seperti seorang pesinden bukan keahlian Liliek.

Sudah 40 tahun ia tinggal di Sydney, Australia, ternyata Liliek justru makin rajin belajar menyanyi tembang Jawa disana. 

Untuk Pertama Kalinya Nembang Lagu Lelo Ledung

Pada awal Januari 2023 kemarin, Liliek pertama kali maju ke panggung untuk menyanyikan tembang Jawa.

Lelo Ledung menjadi pilihannya untuk dibawakan di hadapan puluhan orang saat itu dalam suasana perayaan hari ulang tahun adiknya, Bai Populo.

Bai Polulo sendiri adalah seorang desainer internasional yang kini berbasis di Ohmm Stay, Yogyakarta.

Kepada The Editor, Liliek mengaku berlatih selama berbulan-bulan untuk penampilannya saat itu.

Rasa gugup juga ia rasakan tatkala pendopo Ohmm Stay berubah menjadi senyap karena semua orang ingin mendengarnya bernyanyi diiringi gamelan Jawa.

“Aku ceritakan ke guruku kalau aku menyanyi saat itu dan dia ternyata sangat bangga,” kata Liliek sembari tertawa.

Belajar Nyanyi Jawa Bersama Orang-Orang Indonesia Yang Tinggal di Sydney

Liliek sudah resmi jadi warga negara Australia. Di sana, ia bertemu dengan dosennya yang merupakan seorang profesor di Universitas Otago, New Zealand, yang juga adalah orang Solo asli.

Ia belajar menyanyikan lagu ini bersama dengan orang-orang Indonesia yang sudah menetap lama di Australia atau di belahan dunia lain. 

Dan, guru yang mengajarinya adalah seorang professor yang mengajar di Universitas Otago asal Solo bernama Joko Susilo.

Akibat pandemi yang melanda sejak awal tahun 2020 lalu, Liliek mencari kesibukan dengan belajar lagu Jawa lewat aplikasi pertemuan online, zoom.

Murid-murid yang hadir dalam kelas tersebut, kata Liliek, ternyata sangat antusias. Mereka adalah orang-orang Indonesia yang sudah lama menetap di Australia. 

“Muridnya Australia ada, Indonesia ada, dan dari seluruh dunia,” ungkapnya.

Lagu Lelo Ledung Mengingatkan Liliek Akan Masa Lalunya

Liliek mengatakan bahwa lagu Jawa yang ia pelajari di kelas zoom online selalu mengingatkannya akan masa kecil di Yogya yang begitu indah.

Ia lahir di sebuah pendopo yang kini menjadi hotel bernama Ohmm Stay di Jalan Solo KM 15, Bendan, Tirtomartani, Sleman, Kepatihan, Tamanmartani, Yogyakarta.

Baru Pertama Kali Menyanyikan Lagu Jawa

Liliek mengaku, meskipun ia adalah keturunan keluarga ningrat, namun belajar lagu Jawa jarang ia lakukan.

Pasalnya, saat muda ia justru sangat antipati dengan sikap ibunya yang sering menghadiri acara-acara di Keraton. Belakangan baru ia sadari bila ternyata keluarganya adalah keturunan Sri Sultan Hamengkubuwana II.

“Saya belajar 1,5 tahun lagu Jawa, tapi nggak pernah nyanyi pakai gamelan. Baru malam itu saja langsung kayak show nyanyi pakai gamelan,” katanya.

“Kelas saya biasanya hanya lewat zoom,” katanya.

Kata Liliek, hobi barunya menyanyikan tembang Jawa seperti karma. Pasalnya, di masa kecilnya dulu, ibunya suka menyanyikan tembang Jawa dengan lembut. 

Sayangnya, ia sendiri sebelumnya tidak pernah merasa tertarik untuk belajar lagu-lagu itu.

Sampai akhirnya di usianya yang ke-69 tahun ia jatuh cinta dengan tembang Jawa. Dan, mendapat sertifikat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Universitas Negeri Yogyakarta Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya karena hadir sebagai salah satu peserta dalam tradisi membava karya sastra Jawa.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru