ARMENIA – Yerevan dan kepala badan pengungsi PBB UNHCR melaporkan bahwa lebih dari 100.000 pengungsi dari Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, telah tiba di Armenia.
Kepindahan para pengungsi menyusul adanya serangan dari pihak Azerbaijan pada bulan lalu ke kawasan tersebut, mendorong mereka–yang merupakan warga beretnis Armenia–melarikan diri karena takut akan penganiayaan.
“Banyak yang kelaparan, kelelahan, dan membutuhkan bantuan segera,” kata Ketua UNHCR Filippo Grandi di media sosial, dikutip dari DW.
“UNHCR dan mitra kemanusiaan lainnya meningkatkan dukungan mereka kepada pihak berwenang Armenia, namun bantuan internasional sangat dibutuhkan,” tambah Grandi.
Pemerintah Armenia pada Sabtu (30/9) menyebutkan, angka pastinya adalah 100.417 jiwa, dari perkiraan populasi Nagorno-Karabakh yang berjumlah sekitar 120.000 jiwa.
Artak Beglaryan, mantan pejabat pemerintah separatis Nagorno-Karabakh, mengatakan bahwa “kelompok terakhir” penduduk dari daerah kantong tersebut sedang menuju ke Armenia pada Sabtu.
“Paling banyak yang tersisa hanya beberapa ratus orang, sebagian besar adalah pejabat, pegawai layanan darurat, relawan, dan beberapa orang berkebutuhan khusus,” tulisnya di media sosial.
Armenia menuduh Azerbaijan melakukan ‘pembersihan etnis’
Armenia menuduh Azerbaijan melancarkan kampanye “pembersihan etnis” terhadap mayoritas penduduk Armenia di Nagorno-Karabakh.
Akan tetapi, Baku membantah klaim tersebut dan mendesak etnis Armenia di daerah kantong tersebut untuk “berintegrasi kembali” ke Azerbaijan.
Yerevan telah meminta Mahkamah Internasional, pengadilan tertinggi PBB, untuk melindungi penduduk Nagorno-Karabakh dan memastikan bahwa Baku tidak akan menggusur warga Armenia yang tersisa.
Sebuah misi PBB diperkirakan akan mencapai Nagorno-Karabakh akhir pekan ini untuk menilai kebutuhan kemanusiaan di sana.
Langkah itu menandai pertama kalinya sebuah badan internasional memperoleh akses ke wilayah tersebut dalam waktu sekitar tiga dekade.