TANAH KARO – Pencurian terjadi karena ada kesempatan. Ungkapan semacam ini umum muncul di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan agar tiap individu lebih waspada. Tapi apa jadinya bila pencuri justru merajalela karena “tumbuh secara tidak sengaja” akibat dari sistem kekeluargaan yang tidak tegas?
Tim Redaksi The Editor kali ini berkunjung ke Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Udara pegunungan yang bersih membuat rongga dada terasa jauh lebih segar dibandingkan dengan saat tinggal di Ibukota Jakarta.
Berbaur dengan masyarakat setempat menghasilkan banyak cerita baru yang jarang dibicarakan. Salah satunya adalah keprihatinan masyarakat akan bahada narkoba yang saat ini jadi musuh utama kabupaten penghasil sayur mayur ini.
WK, nama samaran, menjadi salah satu narasumber The Editor kali ini. Sambil bergurau dengan keluarganya, ia bercerita tentang hilangnya baterai mobil miliknya di ahir tahun 2021 lalu.
Awal mulanya, WK dan suaminya MT belum menyadari bila pagi itu mereka akan bertengkar hebat. MT yang gagal menyalakan mobilnya langsung curiga bila ada sesuatu di bagian baterai.
MT awalnya ingin complais ke toko tempat ia membeli baterai tersebut di kabanjahe. Namun alangkah terkejutnya MT saat melihat baterai mobil sudan tak ada di tempatnya.
“Siapa yang curi baterai mobilku? Kurang ajar!!” Kata WK menirukan suara MT kala itu.
Awalnya WK curiga bila si pencuri adalah Anto, adiknya yang baru keluar dari penjara tahun lalu karena kasus narkoba.
Namun setelah diselidiki, ternyata oknum yang dicurigai adalah seorang pria bernama CT. CT tinggal sepelemparan batu saja dengan WK dań MT. Selain itu, CT masih saudara dekat WK.
WK mengaku hanya bisa tertawa melihat pusaran konflik yang ada dalam keluarganya. Dişisi lain ia harus menenangkan suaminya, MT yang emosi akibat kelakuan saudaranya sendiri.
Di sisi lain, ia tidak bisa menegur CT dengan keras karena CT adalah saudaranya. Hubungan kekerabatan yang pelik ini berakhir tanpa kejelasan. Pembiaran atas sikap CT ini bukan kali pertama terjadi. Dan di Tanah Karo kasus semacam ini sangat sering terjadi.
WK sender curiga bila abangnya CK juga ikut-ikutan mengkonsumsi narkoba. Karena di desa tempat ia tinggal kerap terjadi pencurian. Banyak barang-barang yang hilang milik warga, tapi tidak pernah dilaporkan. Alasannya karena si pencuri masih saudara dekat.
Bila pun kedapatan mencuri, paling-paling pihak keluarga akan membayar ganti rugi sesuai dengan nilai barang yang hilang. Tapi konsekuensi yang tidak pernah diperhitungkan oleh keluarga akibat dari pembiaran ini adalah tidak muncul kesadaran sama sekali di pribadi si pencuri.
Fio misalnya, Ia tinggal di desa yang sama dengan WK. Suaminya juga masih berkerabat dengan WK. Dalam 15 tahun terakhir ini, Fio dan suaminya BG sudah tidak tinggal bersama karena sang suami doyan pakai narkoba.
Orang tua BG salah satu keluarga pengusaha dan tentunya kaya di desanya. Meski demikian, Fio memilih untuk tinggal sendiri karena tidak sanggup menjalani hari-hari bersama suaminya yang kerap keluar dan masuk penjara.
Fio dulu mengira suaminya akan jera dan mau mengubah sikapnya bila ia tinggalkan. Ternyata tidak. Karena beberapa waktu lalu BG ketahuan lagi orang warga desa tengah mencuri penanggeren nakan babi alias tempat untuk memasak makanan babi.
Alhasil si pemilik pelangkah babi marah dan mengancam akan membawa BG ke kantor polisi. Namun lagi-lagi keluarga meminta maaf dan mengganti kerugian atas pelangkah babi yang dicuri itu sebesar Rp 200.000.
Gosipnya, BG mencuri pelangkah babi tetangganya karena ingin membeli narkoba. Gosip ini muncul karena diam-diam ternyata BG adalah pengguna aktif narkoba. Seluruh warga desa tahu tapi hanya diam saja.
Ibunya BG dikabarkan sering menyimpan duka karena sirap anak laki-laki kebanggaannya tersebut telah berubpah akibat narkoba.
Namun air katanya saat menyaksikan anaknya harus mendekam di penjara selama bertahun-tahun juga tak pernah kering. Setidaknya tiap warga yang tinggal di desa tempat WK tinggal ini sudah tahu.
Pemakluman yang sangat berbahaya bukan?
“Mau apa lagi? Kalau di tangkap polisi dan dipenjara juga sudah. Tapi nggak jera juga,” keluh WK membayangkan nasib serupa adik laki-laki satu-satunya yang juga adalah pengguna narkoba.
“Kenapa polisi nggak turun tangan tangkap penjualnya? Jangan pelakunya ” ungkap WK usai diwawancara.
“Seandainya nggak ada yang jual, pasti tidak ada yang pakai,” tutupnya dengan raut wajah sedih.