WASHINGTON – Ketika seseorang telah memantapkan diri untuk mewujudkan suatu mimpi, bahkan mimpi yang terdengar paling tidak masuk akal sekalipun, ia biasanya akan menemukan jalan untuk itu.
“Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.”
Seperti yang dialami oleh Renata Rojas, seorang bankir yang bermimpi untuk melihat puing-puing kapal Titanic dari dekat.
Kepada BBC, ia mengatakan bahwa ia menyisihkan uangnya selama lebih dari 30 tahun demi mewujudkan mimpinya itu.
Kapal Titanic yang tenggelam pada April 1912 silam itu nyatanya belum juga ditemukan hingga Rojas lahir dan memasuki usia kanak-kanak.
“Dan kemudian, saya memutuskan untuk mencarinya. Jadi saya butuh mempelajari sains dan oseanografi,” ungkapnya.
Akan tetapi, pada pekan pertama masa perkuliahannya, ia mendengar bahwa kapal itu telah ditemukan–membuat mimpinya menjadi “hancur”.
Tidak mau terus bersedih, Rojas akhirnya memutuskan untuk mengganti karirnya ke dunia perbankan dan mulai mencari cara untuk dapat mengunjungi ‘mimpi’nya itu.
“Saya bukan jutawan. Saya telah menabung untuk waktu yang sangat, sangat lama,” tuturnya.
Oleh karena kemauannya yang sangat besar, ia mengaku bahwa dirinya hingga kini tidak memiliki mobil, tidak menikah, dan tidak memiliki anak.
“Dan semua keputusan itu karena saya ingin pergi untuk melihat Titanic,” imbuhnya.
Rojas akhirnya dapat benar-benar melihat bangkai kapal Titanic dari dekat dengan bantuan OceanGate.
Untuk dapat mengikuti perjalanan super menantang itu, ia membayar sebesar AS$250 ribu, atau sekitar Rp3,8 miliar.
“Saya hanya perlu pergi ke sana, bahkan jika hanya ada kawasan puing-puing [di sana], saya akan sangat senang untuk meyampaikan rasa hormat saya kepada puing-puing,” tuturnya.
Adapun kapal selam yang dinaiki Rojas dan beberapa orang lainnya telah didesain sedemikian rupa agar dapat menyelam ke kedalaman tempat kapal Titanic berada.
Dibutuhkan waktu kurang lebih dua jam sebelum rombongan tersebut tiba di dekat puing-puing kapal Titanic, sekitar tiga ribu meter di bawah perairan Atlantik Utara.
Rojas mengaku sulit untuk mendeskripsikan perasaannya mengetahui mimpinya kini telah terwujud.
Sambil berkaca-kaca, ia mengatakan, “sulit untuk menjelaskannya, sulit untuk mendeskripsikannya dengan kata-kata”.