24.7 C
Indonesia

Meski Dekat Dari Kota, Tapi Warga Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Belum Dapat Menikmati Listrik Selama 24 Jam

Sebagian diantara penduduknya masih menggunakan tenaga genset dan mesin tenaga surya untuk menghasilkan listrik. Tentunya masyarakat harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit dimana solar, oli dan service untuk menjaga agar genset dan mesin tenaga surya tetap beroperasi cukup tinggi.

Must read

PANGKAJENE DAN KEPULAUAN – Hidup tanpa listrik bertahun-tahun padahal mampu. Demikian nasib yang dialami oleh masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang modern dan tidak jauh dari pusat kota Makassar.

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) berada di Provinsi Sulawesi Selatan. Jaraknya pun hanya sejauh 53,1 KM saja atau sekitar 1 jam perjalanan dengan kendaraan roda empat. 

Listrik ternyata jarang menyentuh masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terkecil di Kabupaten Pangkep.

Baca Juga:

Padahal PT. PLN Persero mengklaim telah berhasil menerangi banyak wilayah terluar pulau-pulau kecil di Tanah Air.

Padahal jarak tempuh dari kota kabupaten ke tiap-tiap pulau dengan kapal hanya berkisar 10 menit – 30 menit saja. Sangat ironis!

“Mereka belum bisa menikmati listrik 24 jam. Palingan menikmati listrik setelah magrib sampai subuh. Setelah itu tidak ada. Saya pun lagi berpikir melalui anggaran APBD (anggaran pendapatan belanja daerah) kami (mencari) yang mana yang cocok teknologi yang dapat diterapkan ke masyarakat,” ungkap Bupati Pangkep Muhammad Yusran Lalogau saat berbincang dengan Redaksi The Editor beberapa waktu lalu di rumah dinasnya.

Sebagai informasi, Kabupaten Pangkep terdiri dari 13 kecamatan dimana 4 diantaranya terletak di wilayah kepulauan yaitu Kecamatan Liukang Tupabiring, Kecamatan Liukang Tupabiring Utara, Kecamatan Liukang Tangaya dan Kecamatan Liukang Kalmas.

BPS (badan pusat statistik) sendiri merilis data bila terdapat sekitar 65.260 populasi penduduk di 4 kecamatan tersebut. Data tersebut dirilis beberapa waktu lalu.

Bupati Pangkep mengatakan bila selama ini masyarakat di 4 kecamatan ini hidup di 117 pulau yang berada di wilayahnya. Dan, mereka rata-rata sering merugi dalam berbisnis.

“Kalau visi misinya kan Indonesia nyala 100 persen. Tapi kalau disisi usaha rugi. Saya bicara 1 pulau, sementara saya punya 115-117 pulau,” ungkapnya.

Penyebab masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terkecil di Kabupaten Pangkep merugi dalam berbisnis karena tidak ada satupun wilayah tersebut yang dapat menikmati akses listrik selama 24 jam penuh sebagaimana di daerah lain di Indonesia.

Bahkan disebutkan oleh Yusran bila sebagian diantara penduduknya masih menggunakan tenaga genset dan mesin tenaga surya untuk menghasilkan listrik.

Tentunya masyarakat harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit dimana solar, oli dan service untuk menjaga agar genset dan mesin tenaga surya tetap beroperasi cukup tinggi.

Angkutan seperti ini disebut warga setempat dengan nama kapal ting ting (Foto: Elitha Evinora Tarigan/ THE EDITOR)

Menghadirkan PLN Diklaim Bupati Pangkep Akan Mengeluarkan Biaya Yang Sangat Tinggi

Bupati Pangkajene mengaku sangat ingin agar setiap warganya dapat menikmati listrk selama 24 jam penuh, namun untuk menghadirkan energi listrik lewat PLN (perusahaan listrik negara) diakuinya sangat mahal.

“Untuk menghadirkan PLN di kepulauan bisa tapi saya yakin akan membengkak sekali khususnya di daerah Kabupaten Pangkep sendiri karena biaya operasional dari daratan ke pulau, belum lagi dari pulau ke pulau bagaimana,” ungkapnya.

Yusran mengatakan bila saat ini ia belum memutuskan berapa anggaran untuk mendatangkan PT. PLN Persero untuk hadir di Kabupaten Pangkep.

Dan sebagai solusi, ia mengaku telah melakukan riset melalui internet untuk harga lampu tenaga surya agar bisa dipakai oleh masyarakat secara pribadi.

Baca Juga: Mudahnya Moda Transportasi Laut Untuk Berwisata Di Pulau-Pulau Eksotis Kabupaten Pangkep

Ternyata ia menemukan kenyataan lain dimana pengadaan baterai lampu tenaga surya untuk 1 pulau yang mencapai Rp 30 juta. Padahal daya yang dihasilkan juga hanya sebatas 400 watt saja.

Yusran tidak yakin akan ada investor yang mau mengadakan lampu tenaga surya di pulau-pulau terkecil dengan biaya penggantian baterai setinggi itu.

“Negara harus hadir, tapi itulah masalah yang didapatkan di masyarakat,” ungkapnya.

Yusran juga mengaku tengah mencari solusi agar 80 pulau daro 117 pulau yang dihuni masyarakat Pangkep dapat mendapat asupan listrik dari PT. PLN Persero.

“Dari 117 pulau, 80 diantaranya berpenghuni. Jadi bagaimana caranya agar PLN hadir disana. Saya hanya bicara teknologi apa yang bisa diterapkan disana. Kalau yang sekarang kan hanya sebatas tenaga surya saja,” ungkap Yusran.

Saat ini, kata Yusran, lampu tenaga surya hanya bisa menghasilkan daya hingga 400 watt. Dan, ia berharap masyarakatnya dapat menikmatinya di masa depan.

Perlu diketahui, di tahun 2022 lalu PLN mengklaim telah menghadirkan listrik hingga ke pulau-pulau terluar yang ada di Indonesia.

Kawaluso di wilayah Sangihe, Sulawesi utara yang berhadapan langsung dengan Filipina adalah salah satu pulau terluar yang berada di bagian Utara Indonesia yang akhirnya dapat menikmati listrik. 

Namun, PLN ternyata belum mampu menghadirkan listrik ke masyarakat yang tinggal di pulau-pulau yang dekat dengan perkotaan seperti yang terdapat di 4 kecamatan di Kabupaten Pangkep.

Akses penyeberangan dari wilayah daratan ke pulau-pulau kecil yang mudah dan murah serta dapat ditempuh dalam jarak 10 – 30 menit saja, sesuai dengan jarak, ternyata tak membuat masyarakat di tempat ini bisa menikmati listrik.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru