
VATIKAN – Permukaan tanah Roma diyakini telah naik antara 5 dan 20 meter sejak kota itu pertama kali didirikan.
Ini berarti ada lapisan bawah tanah yang berbeda yang mencerminkan perubahan sosial, politik dan agama yang paling signifikan selama berabad-abad.
Di bawah gereja-gereja Roma selama ini cukup umum dipakai untuk mengungkap kuil-kuil kuno yang dibangun untuk menghormati dewa-dewa Romawi selama sisa-sisa masa Bizantium, atau pekuburan dengan makam Kristen dan makam Pagan.
Basilika Santo Petrus tidak jauh berbeda. Di sini, makam rasul berbagi tempat peristirahatan terakhir dengan ratusan budak, rakyat jelata kaya dan bangunan pagan kuno.
Anda tidak akan melihat satu salib atau burung merpati yang menjadi simbol Kristen dan dapat ditemukan di katakombe.
Yang anda dapat temukan adalah patung satyr dan maenad yang menari dengan hingar-bingar oleh Dionysus, dewa matahari yang mengendarai keretanya dan dewa orang mati Mesir yang menjaga pintu masuk ke beberapa mausoleum.
Dari Pemakaman Etruria Hingga Basilika Terbesar Di Dunia
Untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang nekropolis, kita harus kembali ke abad-abad sebelum Roma didirikan, ke zaman Etruria. Peradaban ini biasanya mengubur jenazahnya di luar tembok kota dan membangun sebuah pekuburan di atas bukit di dekatnya. Tempat itu dipercaya dijaga oleh dewi Vatika.
Beberapa teori mengatakan bahwa rumput halusinogen tumbuh di atas bukit. Itu juga disebut vatika (bahasa Latin untuk ‘halusinasi’ atau ‘nubuatan’), dan desa di atas bukit itu disebut Vaticum. Semua versi menunjukkan bahwa Bukit Vatikan pertama kali dihuni oleh orang Etruria dan tidak ada hubungannya dengan agama Kristen.
Setelah peradaban Etruria jatuh ke tangan Romawi, wilayah Vatikan menjadi bagian dari kota Roma. Daerah itu sebagian besar tetap utuh sampai Caligula membangun sirkus (akhirnya diselesaikan oleh Kaisar Nero) yang digunakan orang Romawi tidak hanya untuk pacuan kuda dan permainan, tetapi untuk kemartiran Kristen. Sebuah obelisk besar Mesir didirikan di tengah-tengah sirkus. Hari ini, ia berdiri di tengah Piazza San Pietro.
Santo Petrus disalibkan oleh Kaisar Nero di sirkus yang sama antara tahun 64 dan 67 M dan kemudian dikebumikan di pekuburan. Makam itu sekarang menjadi tempat ziarah.
Setelah Dekrit Milan pada tahun 313, Kaisar Konstantinus Yang Agung mengizinkan masyarakatnya bebas memilih agama. Ia sendiri memilih kristen sebagai agamanya. Untuk menandai perjanjian tersebut, Konstantinus membangun basilika.
Nekropolis digali untuk dijadikan sebagai pondasi gereja baru. Akibatnya, peninggalan kuno terletak di bawah lantai gereja dan ratusan ruang pemakaman terkubur di bawah puing-puing. Pekerjaan pembangunan basilika ini memakan waktu 30 tahun dan saat konstruksi baru ditemukan, maka saat itu juga tempat ini dijadikan sebagai tempat penobatan paus yang di pertama.