
JAKARTA – Masyarakat di Eropa sangat terbiasa berbelanja kebutuhan sehari-hari dengan uang koin. Euro misalnya, mata uang yang umum digunakan di Eropa Barat dan Eropa Timur ini memang sangat familiar dipakai seharu-hari. Bayangkan, hanya dengan uang 2 euro saja kadang kita sudah bisa beli hamburger.
Nah, budaya semacam ini kadang kurang umum bagi masyarakat Asia yang nilai tukar uangnya jauh lebih rendah dengan Euro. Saya sendiri terkadang merasa tidak nyaman membayar dengan uang koin saat makan di restoran. Padahal tagihannya tidak kurang dari 5 euro. Saya lebih memilih membayar dengan 1 lembar uang pecahan 20 euro ketimbang merogoh kocek saya yang dipenuhi dengan uang koin.
Terkadang gengsi rasanya membayar dengan koin saat berada di restoran Eropa. Mengingat hal ini saya terkadang merasa malu. Saya langsung ingat pengalaman di Jakarta saat saya harus membayar dengan uang pecahan Rp100.000 dalam jumlah banyak atau membayar dengan kartu debit atau kartu kredit. Sangat jarang bukan kita warga Indonesia, Jakarta khususnya makan di restoran dan bayar pakai uang receh? Budaya itu ternyata terbawa sampai saat melancong ke negeri lain yang mata uangnya bernilai tidak sama dengan rupiah.
Pecahan koin Euro memang sangat unik. Setiap pecahan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil yang disebut Sen tetap bisa dipakai saat berbelanja. Koin Euro terdiri dari pecahan 1 sen, 2 sen, 5 sen, 10 sen, 20 sen, 50 sen, 1 euro, 2 euro, 10 euro, 20 euro dan 50 euro. 1 euro setara dengan Rp17.610 atau setara dengan 100 sen.
Bayangkan, saat anda makan di restoran di Jakarta memakai koin rupiah, sangat tidak mungkin kan? Nah budaya semacam ini kemungkinan besar akan terbawa saat anda berada di Eropa. Jadi, sangat tidak heran bila kantong para pelancong Tanah Air yang baru pulang dari Eropa selalu penuh dengan uang receh. Apakah anda juga memiliki pengalaman yang serupa?