THE EDITOR – Anjloknya angka penjualan oleh Volkswagen, Mercedes dan BMW di pasar global mulai menggerus kas kota-kota seperti Wolfsburg atau Stuttgart. Akibatnya, pemerintah setempat terpaksa berutang dan memangkas subsidi sosial.
Kota-kota produsen mobil di Jerman, yang dulu makmur berkat ekspor global, kini menghadapi masa-masa “paceklik” sebagai “ibu kota otomotif”.
DW.Com pada Rabu (17/12/2025) mengatakan bila pendapatan kota seperti di Wolfsburg, Ingolstadt, dan Stuttgart — yang masing-masing menjadi “kampung halaman” bagi Volkswagen, Audi, dan Mercedes — mengalami penurunan tajam akibat anjloknya penerimaan pajak, seiring krisis finansial yang dihadapi perusahaan-perusahaan andalan.
Akibatnya, musim penyusunan anggaran dipenuhi gejolak. Pemerintah daerah terpaksa berutang untuk menutupi celah pembiayaan yang kian melebar, kenaikan berbagai biaya layanan, serta pemangkasan belanja.
Di Friedrichshafen, kota kecil dengan pendapatan tinggi di tepi Danau Konstanz, di barat daya Jerman, sekaligus markas pemasok suku cadang ZF, pemerintah kota berencana mengurangi subsidi layanan penitipan anak dalam dua tahun ke depan — menciptakan beban finansial yang besar bagi banyak keluarga.
Di Ingolstadt, pemerintah kota memangkas acara-acara publik dan mengurangi jumlah pegawai, sambil menarik pinjaman besar. Bahkan, tradisi pembelian pohon Natal untuk ruang publik pun dibatalkan.
“Kota ini berada dalam krisis keuangan yang mendalam. Tidak ada cara lain untuk menggambarkannya,” ujar Wakil Wali Kota Ingolstadt, Dorothea Deneke-Stoll, kepada DW.
REKOR DEFISIT ANGGARAN
Tekanan ini tak hanya dirasakan industri otomotif. Kota-kota di seluruh Jerman menghadapi defisit yang terus membengkak di tengah kelesuan yang membekap ekonomi nasional. Persaingan global yang semakin ketat dan turunnya permintaan luar negeri menggerus performa ekspor, sementara lonjakan biaya energi dan upah tenaga kerja kian menekan margin keuntungan.
Kota-kota di Jerman sangat bergantung pada pajak usaha untuk membiayai anggaran tahunan atau layanan dan subsidi sosial. Padahal, pada tahun-tahun menjelang pandemi, penerimaan pajak sedang meningkat pesat seiring melonjaknya permintaan ekspor.
Namun, laju itu kini jauh melambat. Meski penerimaan pajak meningkat antara tahun 2023 dan 2024, kenaikannya kalah cepat dibanding tingginya laju inflasi.
Rene Geißler, seorang peneliti keuangan daerah di Technical University Wildau, menyebut kondisi ini sebagai “stagnasi pendapatan pajak”. Ia mengatakan kepada DW bahwa fenomena ini merupakan “sinyal negatif, karena dalam ekonomi yang sehat, pendapatan pajak seharusnya selalu tumbuh.”
Sementara itu, kewajiban belanja tetap dipatok tinggi. Sementara ongkos migrasi, populasi yang menua, serta penambahan tunjangan sosial memaksimalkan beban anggaran, demikian menurut laporan terbaru Yayasan Bertelsmann di Gütersloh.
Asosiasi Kota-Kota Jerman telah memperingatkan bahwa total kekurangan anggaran pemerintah daerah diperkirakan mencapai €30 miliar atau sekitar Rp586 triliun pada tahun 2025, melampaui rekor defisit €25 miliar tahun lalu.
Turunnya penerimaan pajak terutama menjadi sorotan utama di kota-kota sentra otomotif Jerman. Rentetan peringatan penurunan laba di industri otomotif memaksa perencanaan anggaran kota terus diperbarui secara berkala.
Di Ingolstadt yang menjadi markas Audi, pendapatan pajak untuk tahun 2025 diperkirakan kurang dari setengah penghitungan awal. Adapun kota Stuttgart memperkirakan penurunan hampir 40% dibanding pendapatan tahun 2024.
Konstitusi Jerman mewajibkan pemerintah kota menyeimbangkan anggaran. Artinya, setiap kekurangan harus ditutupi, termasuk dengan berutang. Akibatnya, proses perencanaan pun molor hingga akhir tahun.
Saat ini, pemerintah kota Wolfsburg dan Ingolstadt masih sibuk mencari jalan keluar. Wali Kota Stuttgart, Thomas Fuhrmann, mengumumkan pada bulan November bahwa pihaknya harus kembali meninjau rencana anggaran tahun 2026 dan 2027.
“Dasar yang ingin kami jadikan pijakan sudah tidak ada lagi,” tulisnya dalam unggahan daring, merujuk pada estimasi pajak. “Kami harus kembali ke titik awal.”
KEBERUNTUNGAN BERBALIK ARAH
Produsen mobil Jerman sempat mencatatkan ledakan ekspor sebelum pandemi COVID-19, yang mengukuhkan kota-kota sentra otomotif sebagai wilayah paling makmur— bahkan di tingkat Eropa.
Pada tahun 2023, Ingolstadt mencatat Pendapatan Domestik Brutto (PDB) per kapita tertinggi kedua di Jerman setelah Wolfsburg. Kedua sentra produksi Volkswagen itu masuk lima besar wilayah terkaya di Eropa.
Namun Audi, seperti induknya Volkswagen, mengalami kesulitan dalam beberapa tahun terakhir. Anjloknya angka penjualan di Cina, yang turun 10% secara tahunan pada paruh pertama 2025, ikut memangkas pesanan bagi produsen suku cadang di Jerman.
“Kami tentu menyadari bahwa industri otomotif sedang berada dalam masa transformasi, dengan peralihan ke kendaraan listrik dan perubahan lain yang menyertainya,” ujar Deneke-Stoll. “Hal itu juga berdampak pada para pemasok di Ingolstadt dan berkontribusi pada gambaran yang lebih besar.”
Besarnya defisit anggaran mengejutkan pemerintah kota. Awalnya, Ingolstadt memperkirakan kekurangan anggaran €30 juta untuk beberapa tahun ke depan. Namun kenyataannya, jumlahnya membengkak hampir tiga kali lipat, mencapai €88 juta antara 2026 dan 2029.
Mengidentifikasi penghematan pun menjadi proses yang melelahkan. Dari lebih 90 pos anggaran yang disasar, termasuk pemangkasan layanan pengangkutan sampah, perawatan taman, dan layanan bagi warga lanjut usia.
Penghentian pembelian pohon Natal memang menghemat sekitar €20.000, tetapi solusi lain tetap dibutuhkan. Pemerintah kota telah menambah utang awal tahun ini dan kemungkinan harus menaikkan pajak properti, demikian menurut Deneke-Stoll.
“Hal itu menjadi perdebatan besar di dewan kota,” katanya. “Namun menurut perhitungan saya, kami tak bisa menghindarinya.”
PENYUSUNAN ULANG ANGGARAN
Kini, banyak komunitas mulai “gigit jari” dengan pengurangan layanan yang diperluas pada masa-masa makmur. Keluarga di Friedrichshafen sebelumnya menikmati biaya penitipan anak yang rendah berkat skema bagi hasil unik dengan pemasok suku cadang ZF. Yayasan Zeppelin — organisasi amal yang menjadi pemegang saham mayoritas ZF — mengelola dan menyalurkan dana untuk program sosial dan budaya dalam anggaran kota.
Namun, dividen tersebut menyusut seiring kesulitan ZF, memaksa yayasan menguras cadangan dana. Anggaran terbaru menaikkan biaya penitipan anak secara drastis: biaya bulanan untuk anak di atas tiga tahun akan berlipat ganda, sementara ongkos penitipan bocah di bawah tiga tahun akan menjadi tiga kali lipat pada tahun 2026.
Flora Pfaff, warga Friedrichshafen dan ibu tiga anak, mengatakan kenaikan biaya ini akan sangat memberatkan keluarga. “Selama ini banyak orang bersedia sewa rumah yang mahal di Friedrichshafen karena terkompensasi oleh biaya penitipan anak yang rendah,” ujarnya kepada DW.
Geißler menilai transformasi industri otomotif akan menjadi ujian berat bagi kota-kota tertentu. “Saya rasa di kota-kota otomotif, yang hingga baru-baru ini memiliki industri sangat modern — gaji tinggi, pabrik menetereng, anggaran besar dengan banyak layanan publik, serta kualitas hidup yang baik — semua itu tidak akan mudah dipertahankan,” katanya.
Namun Deneke-Stoll yakin Ingolstadt akan menemukan jalan keluarnya. Contohnya, soal pohon Natal: Kelompok-kelompok warga mau urunan untuk menutup sebagian kekurangan biayanya. “Saya tidak akan mengatakan bahwa kemakmuran kota ini terancam,” ujarnya. “Namun pemotongan anggaran benar-benar dirasakan berat oleh warga.”
