26.9 C
Indonesia
Jumat, November 28, 2025

Sudah Tidak Ada Turis Asing Naik Sepeda Berkeliling Tanah Karo

Must read


Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Foto: Vessylia Kelshy/ THE EDITOR)

TANAH KARO – Minimnya kunjungan turis mancanegara berlibur di Tanah Karo mengubah gaya hidup masyarakat Suku Karo. Di tahun 1980 sampai 1990-an turis-turis asing masih sering terlihat menikmati waktu di kabupaten yang berada di Sumatera Utara ini dengan bersepeda. Rute yang mereka tempuh juga cukup jauh, dari Berastagi hingga ke Danau Toba atau bahkan lintas kabupaten seperti antar Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.

Di masa-masa itu, turis yang datang ke Tanah Karo akan serta merta membawa berbagai peralatan sepeda mereka. Layaknya profesional, sepeda gunung degan roda super tipis, helm, baju dan celana ketat khas pembalap serta sepatu. Tampilan seperti ini tentu sangat menarik perhatian.

Salah satu desa yang biasa mereka lalui adalah Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Saat melintas, para turis ini biasa membawa serta rombongan tim sepeda. Jadi baik orang dewasa maupun anak-anak sangat menanti kehadiran mereka karena jadi pemandangan tersendiri.

Turis asing yang muncul hampir tiap hari ini membuat anak-anak desa ini juga sangat suka berolahraga. Sepeda menjadi salah satu alat olahraga yang paling populer setelah badminton saat itu. Orang tua membiarkan anak-anak mereka memiliki sepeda gunung untuk dipakai sehari-hari, dan pastinya sehat.

Gaya hidup ini juga berpengaruh pada perekonomian. Toko-toko penjual sepeda di kabupaten ini juga tak ingin ketinggalan meraup untung. Jejeran sepeda berbagai merek dan harga dipajang untuk memuaskan pelanggan. Berbagai variasi sepeda dijual meski tidak selengkap toko retail di Medan. Pelanggan puas penjual bahagia, setidaknya motto itu mereka pakai dalam berbisnis sehari-hari.

Sayangnya, pemandangan semacam itu tidak lagi terjadi. Jalan raya sepi dari turis-turis yang lalu lalang naik sepeda atau pun bus pariwisata. Turis-turis ini juga sudah tak bisa lagi ditemukan di kota-kota yang biasa mereka jadikan sebagai tempat menginap seperti Kota Berastagi.

Padahal, di tahun 1990-an rombongan bus pariwisata turis-turis asal Eropa dan Amerika setiap hari lalu lalang di sepanjang Jalan Kabanjahe – Merek. Tujuan utama mereka adalah Danau Toba. Saat melintas anak-anak di desa akan berteriak sambil melambaikan tangan pada mereka.

Turis asing yang diatas bus juga membalas lambaian tangan mereka dengan ramah sembari tersenyum. Pemandangan yang seharusnya masih ada di jaman modern ini ternyata hanya tinggal di memori anak-anak yang lahir di tahun 1990-an ke bawah. Sangat ironis.

Badan Pusat Statistik menunjukkan data kunjungan turis asing ke Tanah Karo yang tidak terlalu signifikan. Namun dibandingkan engan daerah lain kabupaten ini berada di nomor 5 besar sebagai salah satu kabupaten paling banyak diminati turis asing.

BPS melansir data dimana tahun 2004 lalu data tamu yang berkunjung ke Tanah Karo mencapai angka 12,54 persen. Sayangnya hingga tahun pun kenaikannya tidak terlalu signifikan, yakni hanya berkutat di angka 16,72 persen.

Salah satu faktor yang membuat kunjungan wisatawan mancanegara menurun menurut BPS adalah peristiwa bom Bali II pada bulan Oktober 2005 dan krisis ekonomi global pada bulan November tahun 2008.

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Baru