JAKARTA – Stres, trauma dan hal-hal yang mengotori batin berupa emosi negatif seperti marah, benci, khawatir dan iri hati merupakan penghalang utama bersinarnya kecantikan diri.
Hal ini diungkapkan oleh Penulis Buku “ Unleash Your True Beauty Bebaskan Kecantikan Sejatimu”, Yasinta Sistya saat berbincang dengan redaksi The Editor beberapa saat lalu.
“Kalau kita dalam kondisi marah, khawatir dan sedih, maka tubuh akan terus menerus mengeluarkan adrenalin dan kortisol,” ujar Yasinta.
Kalau ini terjadi terus menerus ini, lanjutnya, tentu saja akan berdampak ke kulit menjadi kusam, aura wajah tidak cerah dan badan menjadi cepat lelah. Untuk menetralisir ketegangan dan pembengkakan dari adrenalin yang berlebih, hormon kortisol diproduksi oleh tubuh. Tapi kortisol ini mempunyai efek samping terus menerus akan mengakibatkan badan menjadi mudah gemuk, karena fungsi insulin menjadi terhambat.
“Karena hormon kortisol juga menghancurkan kolagen kulit dan juga elastisitas kulit, maka tentu saja proses penuaan juga menjadi lebih cepat dari pada sebelumnya,” ungkapnya.
Untuk itu, Yasinta mengimbau agar setiap individu agar memiliki kesadaran. Dari kacamata Yasinta, kesadaran adalah kondisi batin yang mempunyai kemampuan untuk lebih bisa menerima segala sesuatu apa adanya, itulah kebenaran. Tanpa embel-embel, terjauhkan oleh pembiasan ilusi oleh ego,konsep atau emosi. Kondisi dalam kesadaran penuh juga termasuk menerima eksistensi dirinya sebagaimana apa adanya.
“Saya sebagai mahluk yang mempunyai kondisi tertentu di posisi tertentu karena sering kesadaran dikaitkan dengan tingkat kecerdasan intelektual dan pengetahuan, tapi menurut saya, kecerdasan dan pengetahuan hanya merupakan salah satu sarana untuk menuju kesadaran,” jelasnya.
“Misalnya seandainya seorang individu bergelar sarjana menggunakan kecerdasannya untuk mempelajari berbagai pengetahuan ilmiah di bidang makanan sehat untuk meningkatkan kesadarannya untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan diri. Tapi ini bukan satu-satunya syarat untuk meningkatkan kesadaran. Diperlukan kemampuan batin untuk terus disiplin berlatih mengawasi kondisi batin agar terus berada di kebenaran,” ungkap Yasinta lagi.
Karena tingkat- tingkat kesadaran seseorang berbeda-beda dan bisa berubah maka Yasinta mengimbau agar tiap individu perlu terus berlatih. Karena seseorang yang mempunyai kesadaran tinggi tentu memiliki tingkat kemandirian secara batin tanpa harus bergantung pada satu individual pun untuk mengenali kebenaran.
Jadi, seseorang dengan kesadaran tinggi tidak akan mudah termanipulasi oleh siapapun. Dia akan mudah melihat kebenaran sebagaimana apa adanya. Seandainya pun dia mempunyai mentor, maka orang itu adalah individu yang mempunyai kemampuan untuk mengarahkan agar mempunyai keahlian untuk meningkatkan kesadaran untuk lebih peka dan detil lagi mengenali sejatinya kebenaran, bukan kepada memberikan suatu proyeksi dari bagaimana suatu konsep akan realita yang diprogramkan.