JAKARTA – Menelisik sejarah penerbangan Indonesia, Kemayoran menjadi salah satu bagian penting di dalamnya. Bagaimana tidak, sebagai pintu gerbang pertama bagi Indonesia, Kemayoran sebetulnya tidak sesempit pemahaman identitas tentangnya.
Umumnya, Kemayoran hanya dikenal sebagai bagian dari corak keberagaman nusantara, yaitu dari budaya Betawi yang tumbuh dan berkembang bersamanya. Padahal, terdapat bagian sejarah yang teramat penting yang pernah dihadirkan Kemayoran untuk Indonesia.
Bandara Internasional pertama Indonesia merupakan peran penting yang dulu diemban oleh Kemayoran. Dibangun sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1934 dan resmi berhenti beroperasi pada tahun 1985, tak ayal jika bandara Kemayoran hanya dikenal oleh segelintir masyarakat saja. Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa bandara internasional pertama Indonesia adalah Bandara Soekarno Hatta atau Bandara Halim Perdanakusuma.
Menengok kembali sejarah penerbangan Indonesia di Kemayoran, terdapat banyak jejak sejarah yang tersisa di sana, salah satunya adalah relief bandara Kemayoran. Relief ini terletak di ruang tunggu terminal VIP eks Bandara Kemayoran yang secara khusus digunakan untuk tamu kenegaraan pada masa itu.
Di era modern, arsitektur dan dekorasi sebuah ruang tunggu bandara banyak dihias dengan lukisan maupun gambar yang memperlihatkan keindahan dan kekayaan alam sebuah negara. Sementara di era kepemimpinan Presiden Soekarno, ruang tunggu bandara internasional ditampilkan melalui karya seni relief, sebuah karya dalam bentuk seni pahat tiga dimensi.
Arti Tiga Relief Di Dinding VIP Bandara Kemayoran
Terdapat tiga buah relief yang dipasang pada dinding terminal VIP bandara Kemayoran. Diciptakan secara khusus pada ranah publik, tiga relief tersebut secara langsung menjadi karya seni ruang publik yang pernah dimiliki Indonesia.
Ketika Indonesia merdeka, pengelolaan bandara Kemayoran dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Pada masa itulah, relief bandara dibuat atas permintaan Presiden Soekarno untuk memperlihatkan kekayaan dan karakteristik Indonesia kepada dunia.
Tiga karya relief yang dibuat oleh para seniman Indonesia tersebut berhasil menjadi mahakarya, antara lain Sindoesoedarsono Soedjojono, Harijadi Sumodidjojo, dan Surono serta para murid-muridnya yang tergabung dalam Seniman Indonesia Muda. Relief ini dibangun pada tahun 1957. Dengan menggunakan teknik pahatan dalam, tiga relief yang ada secara langsung diukir pada dinding terminal VIP eks Bandara Kemayoran.
Relief pertama yang ada di terminal VIP eks bandara Kemayoran berada di lantai 1 dengan tema “Sangkuriang”. Berukuran panjang 13 meter dan tinggi 3 meter, karya ini dibuat langsung oleh Surono, seorang seniman yang juga merupakan pelukis Oeang Republik Indonesia (ORI) pertama. Jika mengunjungi relief ini, pengunjung dapat langsung melihat visualisasi kisah legenda Sangkuriang yang berasal dari Jawa Barat ditampilkan. Walau bertemakan Sangkuriang, tetapi dari relief tersebut juga dapat dilihat dengan jelas gambaran beberapa kisah cerita rakyat yang melegenda di nusantara.
Hingga kini, belum ada karya khusus yang mengkaji tentang pesan dari ukiran yang ada pada relief ini. Namun, pengunjung dapat melihat bagaimana kisah cerita rakyat lain yang pernah melegenda di Indonesia juga berusaha disampaikan dalam relief ini, di antaranya ukiran ibu dengan ekspresi kecewa kepada seorang pria berpakaian adat Sumatera dan dilengkapi dengan latar belakang kapal. Gambaran tersebut seolah menggambarkan kisah Malin Kundang dari tanah Sumatera Barat.
Selain itu, ada pula gambaran leak, gatot kaca, dan gambar ikonik dari legenda lain di Indonesia. Bahkan, dalam relief tersebut juga terdapat ukiran beberapa alat musik tradisonal dari berbagai daerah. Melihat setiap ukiran dari relief yang bertemakan Sangkuriang tersebut seolah menyampaikan dan menceritakan tentang kekayaan cerita rakyat yang menjadi bagian dari karakteristik keberagaman nusantara.
Relief kedua adalah relief bertemakan “Manusia Indonesia” yang terletak di lantai 2 ruang tunggu VIP bandara Kemayoran karya Sindoedarsono Sudjojono yang berukuran panjang 10 meter dan tinggi 3 meter. Hingga kini, belum ada kajian khusus terkait pesan yang ditampilkan dari relief ini. Namun, pengunjung dapat secara langsung melihat gambaran tentang kehidupan masyarakat Indonesia dan fase perkembangannya.
Dimulai dari sisi bagian kiri relief, terdapat ukiran yang menggambarkan aktivitas masyarakat Indonesia yang bergerak di bidang pertanian, peternakan, dan kelautan. Selanjutnya, gambaran lain menunjukkan tahapan perkembangan masyarakat memasuki era revolusi industri yang ada di bagian tengah hingga sisi kanan relief.
Pada bagian ini, ukiran ditunjukkan dalam bentuk mesin dan peralatan canggih yang digunakan untuk mempermudah akivitas masyarakat. Bahkan, di relief ini juga terdapat ukiran pesawat yang menunjukkan perkembangan alat transportasi di Indonesia.
Relief ketiga adalah relief flora dan fauna. Relief ini merupakan karya Harijadi Sumodidjojo dengan ukuran panjang 10 meter dan tinggi 3 meter, yang terletak di lantai 2 ruang tunggu VIP Bandara Kemayoran. Relief ini memperlihatkan ukiran tentang flora dan fauna yang ada di Indonesia dari berbagai daerah.
Menjadi negara dengan bentuk kepulauan tropis, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki banyak keanekaragaman flora dan fauna. Beberapa gambaran fauna yang ditampilkan merupakan fauna khas Indonesia, yakni Komodo, Harimau, Gajah, Orang Utan, Tapir hingga beberapa jenis unggas serta ikan yang ada di perairan Indonesia. Kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia tersebut berusaha ditampilkan dan disampaikan kepada dunia melalui relief flora dan fauna.
Meski bandara Kemayoran sudah tidak difungsikan lagi, tetapi hingga kini bangunan terminal bandara masih berdiri dengan sejarah yang tersimpan di dalamnya. Relief yang merupakan ikon terminal bandara tersebut masih tetap bertahan hingga sekarang.
Sebagai bagian dari jejak sejarah penerbangan Indonesia, relief tersebut terus dijaga oleh Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPK Kemayoran) yang bertanggung jawab dalam mengelola kawasan bekas bandara. Beragam kegiatan untuk mempertahankan sejarah penerbangan Indonesia terus dilakukan, di antaranya adalah memfasilitasi berbagai komunitas, tamu dari kedutaan besar negara sahabat, dan media yang ingin mengetahui sejarah bandara.
Selain itu, untuk memperkenalkan karya seni relief dan sejarah bandara, PPK Kemayoran juga menggelar kegiatan yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Konservasi Seni Rupa di Ruang Publik untuk Karya Seni Relief di gedung eks terminal bandara Kemayoran.