UZBEKISTAN – Konflik yang tengah terjadi di Afghanistan saat ini ternyata meninggalkan sebuah penggalan cerita yang nyaris tidak bisa dipercaya oleh siapapun, termasuk oleh para awak media.
Salah satu sumber The Editor yang enggan disebutkan namanya demi alasan keselamatan mengatakan telah menerima ancaman akan ditangkap oleh kelompok tak dikenal sejak bulan Maret dan April tahun 2021 lalu.
“Awalnya tidak ada yang peduli dengan ancaman itu dan malah menganggapnya seperti propaganda kepada media saja. Jadi semua tidak ambil pusing pada ancaman tersebut, terutama media,” Pemimpin Redaksi sebuah koran nasional Afghanistan yang berkantor pusat di Kota Kabul, Afghanistan kepada The Editor, Rabu (18/8) malam.
Merasa tidak terganggu akan ancaman tersebut, Ia akhirnya melanjutkan aktivitasnya sehari-hari sebagai jurnalis dengan mengadakan wawancara dengan beberapa petinggi dan politisi di negara tersebut.
Namun, di suatu pagi di akhir bulan Mei 2021, sebuah telepon dari badan keamanan nasional Afghanistan mengejutkan pria ini.
Ternyata badan keamanan nasional Afghanistan yang menghubunginya memintanya untuk segera keluar dari kota Kabul, dan bila perlu pergi ke luar negeri.
Baca Juga: Eksklusive The Editor: Taliban Ancam Para Jurnalis di Afghanistan, Media Lokal Ditutup
Pasalnya nama pria berinisial FY tersebut masuk dalam dokumen temuan badan keamanan nasional yang diduga akan dijadikan target penangkapan oleh organisasi tak dikenal.
“Mereka memberi tahu bahwa mereka menemukan beberapa dokumen yang berisi orang-orang yang akan ditangkap. Saya tidak tahu mengapa ada daftar nama itu dan memang sudah lama jurnalis diancam di Afghanistan. Taliban menolak bertanggung jawab atas kejadian nanti. Kami tidak tahu siapa yang mengirimkan ancaman itu,” ungkapnya.
“Pihak keamanan mengatakan kami harus pergi dari Afghanistan,” tambahnya lagi.
Dan pada akhirnya, keesokan harinya di akhir Mei 2021 FY membawa anak dan istrinya keluar dari Afghanistan.
Persiapan pembelian tiket pesawat menuju Uzbekistan yang tidak rumit saat itu membuat Ia sangat bersyukur telah keluar dari negara tersebut.
“Akhir Mei di pagi hari, aku membawa istri dan anakku,” katanya.
Tidak Pernah Membayangkan Afghanistan Akan Kacau Balau
FY yang telah bekerja puluhan tahun sebagai jurnalis di sebuah koran nasional di Afghanistan itu mengaku tidak pernah membayangkan negaranya akan hancur seperti sekarang ini.
“Aku tidak pernah berpikir seperti ini, bahkan dalam mimpi sekalipun. Sebagai jurnalis aku tidak pernah berpikir negaraku akan hancur seperti perang. Tidak ada yang bermimpi begini,” katanya dengan nada sedih.
Saat ini Ia yang tengah berada di Uzbekistan hanya bisa menanti kabar dari ayah, ibu dan dua abangnya yang masih tinggal di kota Kabul.
FY tidak pernah berhenti menghubungi orang tua dan kedua abangnya untuk memastikan keadaan mereka.
Kata FY, orang tuanya tidak termasuk dalam gelombang manusia yang rebutan naik ke pesawat di Bandara Kabul pada Senin (16/8) lalu.
Sebagaimana diketahui, ribuan warga Afghanistan menyerbu landasan pacu, berharap bisa menaiki pesawat untuk bisa ke luar dari negara tersebut meski tidak memiliki visa dan tiket.
FY mengaku bersyukur karena keberangkatannya di akhir Mei 2021 kemarin tidak terkendala apapun.
“Aku membeli tiket ke Uzbekistan saat itu. Saat itu banyak sekali penerbangan komersial saat itu. Aku berada di Uzbekistan menggunakan visa jadi tidak ada masalah sejauh ini,” ungkapnya.
Keadaan Mulai Membaik
Dari kabar yang Ia terima dari keluarga dan anak buahnya yang masih bertugas di Afghanistan, FY mengetahui bila keadaan sudah mulai membaik hari ini.
Salah satunya ditandai dengan telah dibukanya toko-toko penjual makanan di banyak tempat di Kota Kabul.
“Sementara ini dua abangku, ayah dan ibu berada di Kabul, dan mereka baik-baik saja. Toko-toko sudah kembali buka sejak hari ini, Rabu (18/8). Tidak ada hal buruk terjadi hari ini,” tandasnya.