21.4 C
Indonesia

Urgensi Penerapan Blockchain di Indonesia

Must read

Mengapa Blockchain Penting Bagi Indonesia?

Indonesia sedang terjebak dalam sistem ekonomi yang timpang dimana 1% dari populasinya menguasai 70% aset, sementara 65 juta masyarakat yang bergerak di sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) kesulitan untuk mengakses modal. 

Blockchain akan menjadi pisau bedah untuk membuang borok ini. Mengapa? Karena teknologi ini memungkinkan redistribusi kekuasaan ekonomi melalui desentralisasi. 

Baca Juga:

Dengan blockchain, kita bisa bypass (baca: memotong) struktur ini dan membangun ekonomi partisipatif di mana nantinya petani di Garut, Jawa Barat saja bisa mengakses investor global tanpa perlu melalui bank atau lembaga rentenir. 

Contoh nyata kinerja blockchain ada di Filipina, dimana petani kopi di Provinsi Benguet sukses tokenisasi atau mengkonversi aset dari bentuk fisik ke digital untuk semua perkebunan kopi mereka di platform CoffeeCoin (aset kripto yang beroperasi di jaringan blockchain).

Dari platform CoffeCoin itu para petani bisa langsung terhubung dengan pembeli di Eropa tanpa perantara. 

Contoh lain adalah token dari Dubai bernama Farmsent.io yang mampu memotong banyak layer makelar di komoditas pertanian untuk langsung menghubungkan petani dengan market Timur Tengah.

Blockchain bukan sekadar teknologi, tetapi revolusi kelas bawah melawan ketimpangan untuk menciptakan ekonomi yang bersifat inklusif.

BLOCKCHAIN ADALAH SENJATA MELAWAN STATUS QUO PENGUSAHA JAHAT DI INDONESIA

Keuntungan terbesar blockchain bagi Indonesia adalah meruntuhkan tembok feodalisme ekonomi. 

Lihat saja Bursa Efek Indonesia (BEI) yang hanya berisi 10% dari masyarakat Indonesia yang main saham, sementara 90% rakyat jadi penonton saja. 

Presiden Prabowo membuat pernyataan kontroversial dengan mengatakan “Investasi pasar saham seperti perjudian”.

Ya, dan Bursa saham Indonesia adalah casino dan IHSG adalah slotnya. 

Hal ini dikarenakan 60% saham BEI digolongkan saham “gorengan” dikarenakan volatilitas tinggi dan fundamental lemah, terbukti karena dalam BEI annual report 2023 menyebutkan dari 912 emiten, hanya 200 emiten (21,9%) yang masuk kategori LQ45/IDX80 (likuid dan fundamental kuat). 

Sejalan dengan itu pada tahun 2023, analisa Universitas Indonesia menunjukan bahwa 65% saham BEI memiliki P/E ratio >100 (indikasi overvalued) dan tidak membagikan dividen selama 3 tahun berturut – turut, bandingkan dengan SGX yang menunjukan hanya 15% saham dengan P/E ratio >50. S

alah satu contoh  kasus yang menggambarkan kelemahan pasar saham kita mungkin dapat dilihat pada kasus AsiiM yang terjadi pada tahun 2021, dimana harga saham naik menjadi 2000% dalam 3 bulan tanpa fundamental yang jelas.

Karena itu diperlukan reformasi total pada BEI, dan blockchain bisa menjadi system hybrid yang membantu memberikan transparasi terhadap masyarakat, misal penghapusan 500+ saham goreng yang tidak membagikan deviden lebih dari 3 tahun, mewajibkan semua emiten untuk mentokenisasi 10% saham di blockchain untuk transparasi kepemilikan dan mulai buat saham sosial di BEI, dimana dividen misalnya wajib berkontribusi 5% untuk program makan bergizi gratis.

Blockchain mampu mensejahterakan buruh, dimana tokenisasi pabrik memberikan persentasi token terhadap buruh, sehingga selain mendapatkan gaji, buruh juga memiliki kepemilikan atas perusahaan. 

Keputusan ini menjadi win – win solution dimana pihak owner tidak harus dipaksa untuk terus menerus menaikkan gaji buruh. 

Transparasi blockchain jika diterapkan pada sistem pengadaan barang pemerintah juga mampu memutuskan rantai korupsi di berbagai level.

MENGAPA ANAK MUDA HARUS MENGERTI TENTANG BLOCKCHAIN?

Karena blockchain adalah senjata generasi muda untuk melawan sistem yang membunuh kreativitas. Anak muda Indonesia jangan lagi hanya bangga menjadi budak korporat. 

Berdasarkan dari dari kementerian perdagangan tercatat 21, 4 juta investor kripto pada tahun 2024, dengan 70% investor berumur dibawah 35 tahun.

Pertumbuhan ini sangat tinggi mengingat pasar kripto yang baru terbentuk, dibandingkan investor saham yang memasuki masa stagnasi dengan umur jauh lebih tua. Tapi menjadi trader kripto tidak cukup , walau itu menjadi modal yang baik

Anak muda perlu untuk membuat ekosistem sendiri, contoh DAO (Organisasi Otonom Terdesentralisasi) bisa jadi alat untuk mengelola dana desa, memutus ketergantungan pada kepala daerah yang korup atau seperti yang terjadi di Brazil, dimana pemuda favela membuat “CryptoFavela” untuk transaksi tanpa gangster, hal ini bisa diterapkan di Indonesia untuk lepas dari preman pasar misalnya.

Anak muda yang menguasai blockchain adalah ancaman bagi status quo. Mereka bisa jadi Robin Hood digital yang merampok kekuasaan oligarki dan membagikannya ke rakyat.

BLOCKCHAIN AKAN UBAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Blockchain akan menjungkirbalikkan ekonomi Indonesia dari sistem “konglomerat-centric” menjadi “rakyat-centric“. 

Contoh radikal yang ada saat ini adalah program ‘Petani Berdaulat’ dengan platform bernama AgriChain di India yang mampu memotong 7 rantai pasok antara petani bawang dan konsumen. 

Di Indonesia, cara ini bisa menghapus peran tengkulak yang mengeruk keuntungan hingga 300%. 

Krisis 1998 terjadi karena sentralisasi kekuasaan ekonomi. Agar hal serupa tidak terjadi kembali, maka blockchain adalah jawaban untuk desentralisasi (baca: memberikan wewenang ke yang lain). Jika dulu reformasi hanya mengganti rezim, maka blockchain akan mengganti sistem.

INDONESIA PEMIMPIN EKONOMI DIGITAL DUNIA

Hari ini Ekonomi Indonesia itu sakit kronis dimana 70% aset dikuasai 1% populasi. Blockchain meratakan lapangan dengan tokenisasi massal. Menjadi leading sektor di RWA (Real World Asset) bukan mimpi kosong lagi.

Di Kenya, Grassroots Economics (baca: ekonomi akar rumput) sukses membangun mata uang komunitas berbasis blockchain untuk 200.000 orang. Sedangkan Indonesia memiliki lebih dari 270 juta penduduk, bayangkan skalanya.

JANGAN TANYA “BAGAIMANA?” TANYA “KAPAN MULAI?”

Jika kita tidak bertindak, aset Indonesia akan dibeli murah oleh korporasi asing melalui RWA (Real World Asset) mungkin salah satu contoh dapat dilihat dari penerapan karbon kredit pada hutan. 

Saatnya rakyat kuasai blockchain, atau menjadi budak di negeri sendiri. 

Blockchain bukan untuk techno-utopis. Ini perang kelas di era digital, dimana di dalam situasi ekonomi global yang tidak pasti, sistem ekonomi adalah sebuah keniscayaan, dan untuk itulah IRWATA (Indonesia Real World Asset Tokenization) terbentuk melalui kolaborasi talenta lokal dan talenta global, hanya untuk satu alasan, yaitu “memulai”. 

Memulai untuk menjadi yang pertama, memulai untuk membawa perubahan sistem ekonomi inklusif , memulai untuk memberitahu raksasa ekonomi digital itu bernama Indonesia.

Oleh: Sabdo Yusmintiarto – Ketua Indonesia Real World Asset Tokenization (IRWATA)

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru