PALESTINA – Sejumlah warga Palestina di Gaza terpaksa mengonsumsi roti yang dibuat dari bahan yang tidak biasa di tengah krisis bahan pangan yang semakin parah akibat perang antara Hamas dan Israel.
Roti-roti tersebut, yang ketersediaannya juga berada di ambang ketidakpastian, dibuat dari tepung hasil penggilingan barli dan jagung yang umum dijadikan pakan ternak.
“Sudah dua bulan kami mengalami kelangkaan tepung putih,” kata Sari Abu Khater, salah satu yang mulai membuat roti dari pakan ternak, dilansir dari The National.
“Dan dunia menyaksikan penderitaan kami selagi kami mengalami kelaparan. Kami tidak bisa mendapatkan apa pun untuk memberi makan anak-anak kami,” lanjutnya.
Roti tersebut, tambah Abu Khater, dinikmati keluarganya dengan timi, kacang-kacangan, dan lainnya yang tersedia di daerahnya mengungsi di Gaza utara.
Meskipun begitu, biaya penggilingan barli dan jagung yang tidak murah membuatnya tidak leluasa dalam memberikan jatah makan kepada keluarganya.
Ia pun hanya mampu memberi makan satu roti untuk setiap anggota keluarganya setiap pagi dan satu roti lainnya pada malam hari.
Hal ini telah dilakukannya setidaknya sejak satu bulan lalu, ketika ia mendapati sejumlah bulir pakan ternak yang kemudian diubahnya menjadi tepung untuk roti.
“Kami biasa menunggu di pabrik selama tiga hari sampai giliran kami tiba,” kata Abu Khater tentang lama menunggu untuk mendapatkan barli dan jagung.
Setelah beberapa negara barat memutuskan untuk menghentikan pendanaan bagi badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Michael Fakhri, pelapor khusus PBB tentang hak atas pangan, mengatakan “kelaparan tidak dapat dihindari” bagi 2,3 juta orang di Jalur Gaza, yang kini masih berada di bawah serangan intensif Israel.
“Ini secara kolektif menghukum lebih dari 2,2 juta warga Palestina,” katanya tentang pemboman yang berkelanjutan dan kurangnya bantuan yang memasuki wilayah kantong tersebut.