JAKARTA – Pandemi corona membatasi kinerja pemerintah namun tidak menjadi alasan untuk berhenti membina staf dan petugas lapangan yang bernaung di bawah bimbingan Dirjen Hortikultura.
“Anda itu begitu berharga bagi kami. Ayo kita tingkatkan dan penguatan kelembagaan ini sangat penting karena ini basisnya pergerakan,” ungkap Direktur Perlindungan Hortikultura Inti Pertiwi Nashwari dalam acara webdinar bimbingan teknis pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) ramah lingkungan melalui penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Selasa (6/7) pagi.
Untuk mempercepat pengiriman data tanaman hortikultura di seluruh Indonesia, Inti meminta para staf dan petugas lapangan menghubunginya langsung lewat saluran telepon. Tujuannya agar persoalan minimnya produksi tanaman pangan dapat diselesaikan.
Inti Pertiwi mengatakan program pemerintah tidak bisa melaksanakan program PHT tanpa petugas andalan di lapangan, misanya petugas Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), petugas Laboratorium Pengamatan dan Penyakit (LPHP), petugas Laboratorium Agens Hayati, petugas Laboratorium, petugas Pestisida dan Klinik Pengendalian Hama Terpadu dan petugas Pembinaan Desa Organik Hortikultura.
“Klinik PHT akan menghasilkan bahan-bahan UPT alami. Jadi kedepan mereka bisa membentuk badan hukum seperti koperasi jadi produknya bisa terdftar dan dikomersilkan. Itu harapan klinik ke depan, jelasnya.
Jangka pendek saja, lanjut Inti, klinik yang tengah dibina oleh pemerintah ini bisa menghasilkan bahan kebutuhan petani. Seperti memproduksi dan memperbanyak agens hayati dan formula standar mutu minimal sesuai kebutuhan petani justru sangat bagus.
Staf Dan Petugas Lapangan Yang Jarang Kirim Laporan
Inti mengingatkan bahwa saat ini Direktorat Hortikultura telah mengumumkan beberapa tanaman pangan prioritas yang berpengaruh pada inflasi nasional. Ia mengakui bahwa selama ini pihaknya hanya menerima data laporan produk hortikultura kurang dari 50 persen dari petugas di lapangan.
Untuk itu, Inti sangat berharap persoalan serupa tidak lagi terulang dan meminta kerja sama 1.300 petugas yang ikut acara webdinar nasional ini agar kenaikan harga yang berimbas pada inflasi tidak lagi terjadi.
“Karena kalau harga naik maka kita juga yang kena karena ditanya stoknya ada tidak. Jadi mohon bapak ibu rajin mengirim data-data karena masih banyak yang belum mengirim data sampai 50 persen. Jadi mohon bapak ibu mengirimkan datanya,” pinta Inti.
Prioritas komoditas yang diamati Direktorat Hortikultura saat ini adalah tanaman buah dan tanaman sayuran, seperti mangga, manggis, durian, jeruk, salak, pisang, nanas, buah naga, sirsak, jambu air, jambu kristal, bengkuang dan pepaya.
Selain itu juga ada cabai, bawang merah, bawang putih, kentang, kubis, tomat, kacang panjang, buncis, terung, bawang daun, seledri dan wortel.
Kampung Hortikultura
Webdinar yang dihadiri ribuan peserta sempat terhenti karena Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto tiba-tiba masu sebagai pembicara. Ia mengatakan bahwa saat ini pihaknya tengah mempromosikan pembangunan kampung hortikultura diseluruh Indonesia. Dan Ia berharap seluruh staf yang bernaung di bawah sayap Dirjen Hortikultura mendukung kebijakan tersebut.
“Kita ingin kampung hortikultura terkonsentrasi agar aspek pemasarannya itu mudah karena saya sering menghadapi pelaku usaha buah-buahan lokal maupun untuk ekspor dapat ditemukan karena buah-buahan lokal terlalu menyebar. Saya harap ini jadi perhatian semuanya,” ungkapnya.
Untuk mendukung kebijakan ini, Prihasto mengaku tengah mendorong masyarakat untuk jadi petani buah-buahan homogen. Pemerintah akan melabeli tempat tinggal mereka dengan istilah kampung yang ditambahi dengan nama buah-buahan yang tengah mereka tanam.
“Jadi kalau kita nanam durian maka kampung tersebut akan menjadi kampung durian. Inilah program Dirjen Kortikultura yang perlu dipahami oleh semua orang,” jelasnya.
Ia juga yakin akan mampu menyaingi buah-buah impor asal Thailand dan Bangkok dengan menyediakan buah yang minim terkontaminasi pestisida. Caranya dengan menyiapkan pohon asli Indonesia sebagai tanaman pengusir hama.
“Ini yang jadi permasalahan, kita selalu kalah dengan Thailand dan Vietnam contohnya semua serba Bangkok, seperti durian bangkok, mangga bangkok dan durian pun montong. Apa bedanya kita dan Thailand? Apakah karena curah hujan yang kurang? Jawabannya tidak,” tukasnya.
“Kita berharap memiliki buah-buah yang minim pestisida. Ke depannya pestisida alami akan dipakai untuk buah-buah lokal Indonesia,” pungkasnya.
Prihasto juga mengungkapkan kekagumannya terhadap acara web dinar nasional tersebut karena mampu menghadirkan 1.300 peserta di seluruh nasional. Untuk itu Ia berharap agar ke depannya acara serupa dapat terus dilakukan.
“Pertemuan seperti ini harus dikembangkan ya ke depannya,” pinta Prihasto kepada Inti Pratiwi Nashwari .
Perlu diketahui, sejumlah nara sumber hadir dalam acara web dinar nasional yang diadakan oleh Direktorat Hortikultura, diantaranya Prof Andi Trisyono dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Banjok Istiadi dari Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, Kepala Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Bantul Paryoto, Direktur Perlindungan Hortikultura Inti Pertiwi Nashwari dan Koordinator Pengendalian DPY Sayuran dan Tanaman Obat Wita Khairia.