24.4 C
Indonesia

Mengenal Suku Togutil di Maluku Utara yang Viral Karena Muncul di Area Tambang Nikel

Must read

JAKARTA – Suku Togutil yang muncul di area tambang nikel di Halmahera, Maluku Utara akhirnya mendapat perhatian dari pemerintah.

Namun, siapa dan bagaimana sebenarnya asal usul Suku Togutil ini?

Dalam jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Sam Ratulangi dan ditulis oleh Risnawati, Jenny Nelly Matheosz, dan Jetty E.T. Mawara disebutkan bila orang Togutil hidup bersahaja dan masih berpindah-pindah.

Etnis ini juga belum mengenal teknologi modern. Kehidupan mereka bergantung pada alam dan masih terbelakang.

Togutil sendiri memiliki arti “etnis yang hidup di hutan” atau dalam bahasa Halmahera pongana mo nyawa. 

Tempat tinggal Suku Togutil yang jauh di pedalaman Halmahera membuat mereka jarang berinteraksi dengan kelompok masyarakat luar.

Mereka umumnya memilih tempat tinggal di pegunungan, atau berpindah-pindah ke daerah yang sulit dijangkau oleh masyarakat. Suku ini suka bermukim secara kelompok di pinggiran sungai

Rumah-rumah mereka terbuat dari kayu, bambu, dan beratap daun palem sejenis tanpa dinding dengan lantai papan panggung.

Masyarakat etnis Togutil memilih wilayah bercocok tanam, area berburu, tempat tinggal, dan penyimpanan makanan yang tidak bisa dimasuki oleh manusia.

Hewan buruan yang sering mereka cari adalah babi hutan muda, ikan, burung, rusa, dan katak.

Namun suku ini melarang masyarakatnya menyembelih babi betina hamil karena diyakini akan mendatangkan kutukan bagi ibu hamil etnis Togutil.

Cara berburu etnis Togutil ini masih menggunakan cara yang sederhana dan tradisional. 

Mereka berburu dengan cara mengejar hewan buruan dengan meng- gunakan alat seadanya seperti tombak, parang, kayu, busur dan panah yang disertai tuba (racun). 

Mencoba Berbaur Dengan Lingkungan luar

Mata pencaharian sebagai pembantu pemotong kayu merupakan salah satu mata pencaharian hidup masyarakat etnis Togutil setelah pembebasan lahan. 

Awalnya pekerjaan tersebut agak sedikit sulit untuk mereka orang etnis Togutil yang belum mengenal teknologi.

Tetapi demi kelangsungan hidup, mereka terpaksa harus belajar serta bisa bekerja.

Seiring berjalannya waktu mereka dapat melakukan pekerjaan tersebut melalui masyarakat Desa Lukulamo yang paham dengan bahasa mereka. 

Dari hubungan sosial, suku ini bisa melakukan barter atau menukar barang dengan makanan kepada masyarakat luar.

Barang-barang yang mereka tukarkan diantaranya seperti tanduk rusa, damar, obat- obatan dari alam. 

Biasanya mereka melakukan barter ketika masyarakat luar memasuki hutan seperti perusahaan yang membuat camp di hutan bahkan mereka juga keluar dan berada di pinggiran hutan untuk mencari masyarakat luar. 

Faktor Yang Mendukung dan Menghambat Proses Adaptasi Sosial Etnis Togutil 

Etnis Togutil dalam mempertahankan kehidupan mereka di pedalaman hutan Halmahera tentu saja mampu memosisikan watak dan sikap mereka dengan tepat. 

Proses adaptasi sosial etnis Togutil menghadapi tantangan karena adanya hambatan-hambatan selama beradaptasi. 

Hambatan yang dialami dan dirasakan oleh mereka yakni faktor bahasa dimana etnis Togutil menggunakan komunikasi sehari- hari dengan bahasa Tobelo tetapi mereka tidak mengerti bahasa Indonesia pada umumnya.

Sehingga mereka sering mengalami kebingungan dalam membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat luar.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru