JAKARTA – Masyarakat belakangan ini dihebohkan dengan kasus bayi laki-laki AA di Sumatera Barat yang disebut ‘mengandung’ kembarannya.
Hal itu muncul setelah hasil pemeriksaan USG menunjukkan bahwa perutnya yang besar disebabkan oleh keberadaan janin di dalamnya.
Meskipun begitu, setelah dilakukan operasi pada Kamis (26/10), dokter menyebut bahwa mereka mengangkat “tumor berbentuk jaringan selaput”.
Belum ada penjelasan mengenai kepastian kondisi yang dialami AA, namun dokter mengatakan tumor tersebut telah dibawa ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut.
Adapun jika benar yang diangkat tersebut adalah janin, maka dapat dikatakan bahwa anak dari pasangan Hendi dan Usmaina tersebut mengalami fetus in fetu.
Apa itu?
Melansir Halodoc, fetus in fetu adalah kelainan janin yang terjadi ketika ditemukan salah satu janin anak kembar di dalam tubuh anak kembar lainnya.
Disebut juga kembar parasit, kondisi ini adalah sesuatu yang jarang terjadi. Bahkan, hanya ada 100 kembar parasit yang tercatat sejak awal penemuannya pada abad ke-19.
Terjadinya kondisi ini dilaporkan masih menuai perdebatan di antara para ahli. Akan tetapi, sejauh ini ada dua hipotesis mengenai penyebabnya.
Pertama, terjadi perkembangan embrio (embriogenesis) yang abnormal dalam kehamilan kembar monokorionik-diamniotik.
Ini adalah jenis kembar identik yang berada di dalam satu plasenta yang sama tetapi kantung ketuban yang berbeda.
Embriogenesis terjadi dengan kecacatan saat salah satu kembar monozigotik terletak dalam tubuh kembarannya.
Sebab yang kedua adalah teratoma yang tumbuh dengan teratur. Teratoma adalah jenis tumor langka yang memiliki jaringan dan organ seperti tubuh pada umumnya.
Ini yang menyebabkan fetus in fetu terlihat sebagai bentuk janin, meskipun terdapat perbedaan di antara keduanya karena lokasinya dan kompleksitas jaringan pada janin.
Kasus fetus in fetu umumnya terdeteksi di area retroperitoneal, yaitu rongga di abdomen yang mengelilingi organ-organ perut seperti ginjal, hati, pankreas, dan kandung kemih.
Meskipun begitu, ada juga beberapa kasus yang melaporkan janin pada lokasi lain, seperti kepala atau tengkorak, sakrum, rongga paru, skrotum, dan mulut.
Meskipun kondisi ini terbilang jinak, ada kemungkinan bahwa pengidapnya bisa mengalami nyeri atau tekanan di bagian tubuh tertentu.
Jika hal itu terjadi, pengidap harus menjalani operasi pengangkatan agar janin parasit bisa keluar dari tubuh.