21 C
Indonesia

Manfaat Ganja Dalam Dunia Medis Serta Efeknya Bagi Kesehatan

Must read

Daun ganja (Foto: Hello Sehat/ THE EDITOR)

JAKARTA – Ganja atau mariyuana berasal dari tanaman bernama Cannabis sativa. Tanaman satu ini memiliki 100 bahan kimia berbeda yang disebut dengan cannabinoid. Masing-masing bahannya memiliki efek berbeda pada tubuh.

Dilansir dari Hello Sehat, Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidol (CBD) merupakan bahan kimia utama yang kerap digunakan dalam pengobatan. Perlu diketahui, THC merupakan senyawa yang membuat Anda merasa mabuk atau high.

Senyawa cannabinoid sebenarnya diproduksi juga oleh tubuh secara alami untuk membantu mengatur konsentrasi, gerak tubuh, nafsu makan, rasa sakit, hingga sensasi pada indra. Namun pada ganja, sebagian senyawa ini sangatlah kuat dan bisa menyebabkan berbagai efek kesehatan serius jika disalahgunakan.

Baca Juga:

Ganja atau yang juga disebut dengan cimeng ini biasanya digunakan dengan cara dibakar seperti rokok. Tak hanya daunnya, bunga, biji, dan batangnya juga kerap digunakan sebagai bahan untuk merokok. Selain itu, ganja juga banyak dicampur ke dalam makanan, mulai dari brownies, cookies, gulai, diseduh sebagai teh, atau dihirup dengan vaporizer.

Manfaat ganja dalam dunia medis

Dikutip dari WebMD, mariyuana bisa menjadi obat bila diolah secara medis. Dustin Sulak, seorang profesor bedah, meneliti dan membuat mariyuana untuk digunakan secara medis. Sulak merekomendasikan beberapa jenis mariyuana kepada para pasiennya dan mendapat hasil yang mengejutkan.

Saat diberikan mariyuana, pasien yang memiliki sakit kronis mengalami perbaikan kondisi dari sebelumnya. Kemudian pasien dengan multiple sclerosis juga mengalami lebih sedikit kejang otot dibanding sebelumnya. Bahkan, pasien dengan peradangan usus parah mulai bisa makan lagi.

Penelitian Sulak ini cukup kuat dan menambahkan sejarah panjang manfaat ganja yang dapat digunakan sebagai obat terapeutik. Namun masalahnya, karena tergolong barang ilegal, sulit untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efektivitas ganja dalam dunia medis.

Jenis ganja untuk obat medis

Di Amerika Serikat sendiri, ada empat jenis ganja yang sudah diizinkan untuk diproduksi demi keperluan obat atau medis, yaitu:

1. Marinol dan Cesamet

Dua obat ini digunakan untuk mengatasi mual dan kehilangan nafsu makan akibat kemoterapi dan pada pasien pengidap AIDS. Kedua obat ini merupakan bentuk lain dari THC, yang merupakan bahan utama ganja yang memberikan rasa high. Keduanya ini telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA), lembaga yang setara dengan BPOM di Indonesia, pada tahun 1980-an.

Untuk merangsang nafsu makan, dokter akan meresepkan marinol dengan dosis 2,5 mg dalam sekali atau dua kali sehari sebelum makan siang, malam, dan atau waktu tidur. Namun, jika diresepkan untuk meredakan mual akibat kemoterapi, dokter akan memberikan dosis sebanyak 5 mg saat 1 hingga 3 jam sebelum kemoterapi dan 2 hingga 4 jam setelahnya.

Salah satu efek samping fisik dari marinol, yaitu lemas, sakit perut, mual, muntah, detak jantung cepat, muka merah, dan pusing. Sementara efek samping psikologis yang biasanya muncul, yaitu cemas, kantuk, kebingungan, halusinasi, dan paranoid.

2. Epidiolex

Obat ini digunakan pada anak-anak penderita epilepsi dan Badan POM Amerika Serikat melegalkannya pada tahun 2013. Namun, penggunaannya secara bebas sangat dilarang.

3. Sativex

Obat ini merupakan obat yang sedang menjalani pengujian secara klinis di Amerika Serikat dan merupakan obat untuk mengatasi kanker payudara. Obat ini merupakan kombinasi dari bahan kimia yang terkandung di dalam tanaman ganja dan disemprotkan ke mulut. Sativex disetujui di lebih dari 20 negara untuk mengatasi kejang otot dari multiple sclerosis dan sakit akibat kanker.

4. Manfaat ganja untuk kesehatan

Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan, ganja ternyata memiliki sejumlah manfaat lainnya bagi kesehatan, yang mungkin jarang diketahui banyak orang. Di balik anggapan buruk orang tentang mariyuana, ternyata ada sisi positif atau manfaatnya bagi kesehatan, seperti:

1. Mencegah glaukoma

Tanaman yang satu ini bisa digunakan untuk mengatasi dan mencegah mata dari glaukoma. Glaukoma adalah penyakit yang meningkatkan tekanan dalam bola mata, merusak saraf optik, dan menyebabkan seseorang kehilangan penglihatan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan National Eye Institute di awal 1970-an, ganja dapat menurunkan intraocular pressure (IOP), alias tekanan bola mata, pada orang dengan tekanan normal dan orang-orang dengan glaukoma. Efek ini mampu memperlambat proses terjadinya penyakit ini sekaligus mencegah kebutaan.

2. Meningkatkan kapasitas paru

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association pada Januari 2012, disebutkan bahwa ganja tidak merusak fungsi paru-paru. Bahkan, bahan yang satu ini bisa meningkatkan kapasitas paru-paru. Kapasitas paru adalah kemampuan paru untuk menampung udara ketika bernapas.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti mengambil sampel dari 5.115 orang dewasa muda sepanjang kurang lebih 20 tahun. Perokok tembakau kehilangan fungsi paru-parunya sepanjang waktu tersebut, tapi pengguna ganja malah memperlihatkan peningkatan kapasitas paru-parunya.

Hal ini dikaitkan dengan cara penggunaan mariyuana yang biasanya diisap dalam-dalam. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan hal ini mungkin menjadi semacam latihan untuk paru. Namun, tentu saja paparan jangka panjang asap mariyuana dengan dosis tinggi bisa merusak paru-paru.

3. Mencegah kejang karena epilepsi

Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2003 memperlihatkan bahwa ganja bisa mencegah kejang karena epilepsi. Robert J. DeLorenzo, dari Virginia Commonwealth University, memberikan ekstrak tanaman ini dan bentuk sintetisnya pada tikus epilepsi.

Obat ini diberikan kepada tikus yang kejang selama 10 jam. Hasilnya, cannabinoid dalam tanaman ini mampu mengontrol kejang dengan menahan sel otak responsif untuk mengendalikan rangsangan dan mengatur relaksasi.

4. Mematikan beberapa sel kanker

Kandungan dalam ganja yang bernama cannabidiol dapat menghentikan kanker dengan mematikan gen yang disebut Id-1. Bukti ini didapat dari sebuah studi yang dilakukan sejumlah peneliti dari California Pacific Medical Center di San Francisco, yang dilaporkan pada tahun 2007. Dalam banyak kasus, dipercaya bahwa ganja mampu mematikan sel-sel kanker lainnya.

Selain itu, bukti menunjukkan bahwa ganja juga bisa membantu melawan mual dan muntah sebagai efek samping kemoterapi. Akan tetapi, meski banyak penelitian menunjukkan keamanannya, tanaman ini tidak efektif dalam mengendalikan atau menyembuhkan kanker.

5. Mengurangi nyeri kronis

Sebuah tinjauan yang dilakukan oleh National Academies of Sciences, Engineering, and Medicines melaporkan fakta bahwa dalam dunia medis, mariyuana kerap digunakan untuk mengatasi rasa sakit kronis. Hal ini karena mariyuana mengandung cannabinoid yang bisa membantu menghilangkan rasa nyeri ini.

Dilansir dari Harvard Health Publishing, tanaman yang satu ini bisa meringankan rasa sakit akibat multiple sklerosis, nyeri saraf, dan sindrom iritasi usus. Tak hanya itu, tanaman yang satu ini bahkan banyak digunakan untuk penyakit yang menyebabkan nyeri kronis, seperti fibromyalgia dan endometriosis.

6. Mengatasi masalah kejiwaan

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Clinical Psychology Review menunjukkan bukti bahwa mariyuana membantu mengatasi masalah kesehatan jiwa tertentu. Para peneliti menemukan bukti bahwa tanaman ini bisa membantu menghilangkan gejala depresi dan gejala gangguan stres pasca trauma.

Akan tetapi, mariyuana bukan obat yang tepat untuk masalah kesehatan jiwa, seperti gangguan bipolar dan psikosis. Pasalnya tanaman yang satu ini justru bisa memperparah gejala orang dengan gangguan bipolar.

7. Memperlambat perkembangan alzheimer

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Molecular Pharmaceutics menemukan fakta bahwa THC mampu memperlambat pembentukan plak amiloid. Plak-plak yang terbentuk ini bisa membunuh sel-sel otak yang berkaitan dengan alzheimer.

THC membantu menghalangi enzim pembuat plak ini di otak agar tidak jadi terbentuk. Namun, penelitian juga ini masih berada di tahap awal sehingga butuh lebih banyak studi penguat.

Cara menggunakan ganja untuk keperluan medis

Secara medis, ganja bisa digunakan dengan berbagai cara seperti:

Dihirup melalui perangkat yang disebut dengan vaporizer
Dimakan, dicampur dalam masakan
Dioleskan ke kulit dalam bentuk losion, minyak, atau krim
Diteteskan langsung di lidah
Diminum langsung
Cara mana yang perlu dilakukan bergantung dari yang disarankan dokter. Pasalnya, setiap metode bekerja dengan cara yang berbeda.

Menghirup menjadi salah satu cara yang efeknya bisa dirasakan dengan sangat cepat. Sementara itu, jika Anda mengonsumsinya dengan cara dimakan, tubuh butuh waktu 1-2 jam untuk bisa merasakan efeknya.

Efek samping ganja dalam obat

Sama seperti obat lainnya, mariyuana yang digunakan dalam dunia medis juga bisa menimbulkan berbagai efek samping seperti: mata merah, depresi, pusing, detak jantung meningkat, halusinasi, tekanan darah rendah.

Selain itu, obat yang satu ini juga bisa memengaruhi gerak dan koordinasi tubuh. The National Institute on Drug Abuse mengatakan bahwa ganja bisa membuat Anda ketagihan dan meningkatkan keinginan untuk menggunakan obat-obatan lainnya.

Marcel Bonn-Miller, PhD, spesialis penyalahgunaan zat di Fakultas Kedokteran, University of Pennsylvania, Perelman School of Medicine, menyatakan bahwa semakin sering dan tinggi kadar THC yang digunakan semakin besar pula kemungkinan Anda untuk mengalami ketergantungan.

Oleh karena itu, dokter akan sangat berhati-hati saat harus memberikan obat yang satu ini agar tubuh tak memiliki efek ketergantungan yang parah. Mungkin hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa hingga saat ini ganja tidak dilegalkan di Indonesia.

Masalah kesehatan akibat ganja

Selain memiliki manfaat dalam dunia medis, cimeng (nama lain dari ganja) juga bisa memunculkan masalah kesehatan yang tak main-main. Hal ini terutama terjadi ketika Anda menggunakannya sembarangan tanpa seizin dokter. Berikut berbagai efek negatifnya pada tubuh, yaitu:

Efek pada otak

Bahan aktif dalam mariyuana, delta-9 tetrahydrocannabinol atau THC, bekerja pada reseptor kanabinoid pada sel-sel saraf dan memengaruhi aktivitas sel-sel tersebut. Beberapa area otak memiliki banyak reseptor cannabinoid, tetapi area otak lainnya hanya memiliki sedikit atau tidak ada sama sekali.

Sebagian reseptor kanabinoid ditemukan di bagian otak yang memengaruhi kesenangan, daya ingat, pikiran, konsentrasi, persepsi indra, dan koordinasi gerakan.

Ketika Anda mengonsumsinya dalam dosis tinggi, penggunanya akan mengalami berbagai gejala seperti halusinasi, delusi, rusaknya daya ingat, dan disorientasi (linglung). Hal ini terjadi karena reseptor kanabinoid bekerja terlalu aktif.

Efek pada jantung

Mariyuana bisa menyebabkan detak jantung meningkat 20-50 kali lebih banyak per menitnya. Bahkan, efeknya bisa lebih parah saat Anda menggunakannya bersamaan dengan obat-obatan lain.

Ketika tekanan darah dan detak jantung melonjak tajam, Anda empat kali berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung dalam satu jam pertama setelah merokok ganja.

Efek pada tulang

Penelitian menemukan fakta bahwa orang yang merokok cimeng dalam jumlah besar memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah. Akibatnya, orang tersebut lebih rentan mengalami patah tulang dan osteoporosis di kemudian hari.

Selain itu, penelitian yang dilakukan di University of Edinburgh, Inggris, menemukan fakta bahwa pengguna cimeng berat mengalami pengurangan indeks massa tubuh. Hal ini juga berpengaruh pada kepadatan tulang cenderung menghilang, sehingga meningkatkan risiko osteoporosis.

Efek pada paru-paru

Cimeng yang dikonsumsi dengan cara dibakar seperti rokok bisa menyebabkan rasa terbakar dan menyengat pada mulut serta tenggorokan. Selain itu, para peneliti juga menemukan fakta bahwa perokok cimeng bisa mengalami masalah pernapasan yang sama dengan perokok tembakau, seperti:

Batuk berkepanjangan
Produksi dahak meningkat
Penyakit dada akut
Peningkatan risiko infeksi paru-paru
Meski kebanyakan perokok cimeng tidak mengonsumsi tanaman ini sebanyak perokok tembakau, efeknya tetap tak boleh diabaikan. Ini karena cimeng atau mariyuana mengandung lebih banyak hidrokarbon karsinogenik dibandingkan dengan asap tembakau.

Tak hanya itu, para perokoknya juga cenderung menghirup lebih dalam dan menahannya di paru-paru mereka. Akibatnya, risiko penyakit jauh lebih besar.

Meski memiliki manfaat medis, ganja juga bisa menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi berlebihan. Oleh karena itu, jika ada obat lain yang mungkin lebih efektif dan tentu saja legal, sepertinya Anda belum harus beralih ke tanaman yang satu ini. Pasalnya di Indonesia sendiri pemakaian ganja untuk obat masih belum dilegalkan.

Jangan menggunakan ganja sembarangan

Penggunaan ganja memang cukup kontroversial. Keberadaannya pun dianggap ilegal dan termasuk ke dalam obat-obatan terlarang. Di sisi lain, sebenarnya tanaman yang juga tumbuh subur di Indonesia ini merupakan obat yang memiliki cukup banyak manfaat untuk kesehatan. Namun meski penggunaannya tidak selalu berbahaya, ganja bisa memengaruhi tubuh dan pikiran Anda saat masuk ke dalam tubuh.

Sekilas tentang ganja

Ganja atau mariyuana berasal dari tanaman bernama Cannabis sativa. Tanaman satu ini memiliki 100 bahan kimia berbeda yang disebut dengan cannabinoid. Masing-masing bahannya memiliki efek berbeda pada tubuh.

Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidol (CBD) merupakan bahan kimia utama yang kerap digunakan dalam pengobatan. Perlu diketahui, THC merupakan senyawa yang membuat Anda merasa mabuk atau high.

Senyawa cannabinoid sebenarnya diproduksi juga oleh tubuh secara alami untuk membantu mengatur konsentrasi, gerak tubuh, nafsu makan, rasa sakit, hingga sensasi pada indra. Namun pada ganja, sebagian senyawa ini sangatlah kuat dan bisa menyebabkan berbagai efek kesehatan serius jika disalahgunakan.

Ganja atau yang juga disebut dengan cimeng ini biasanya digunakan dengan cara dibakar seperti rokok. Tak hanya daunnya, bunga, biji, dan batangnya juga kerap digunakan sebagai bahan untuk merokok.

Selain itu, ganja juga banyak dicampur ke dalam makanan, mulai dari brownies, cookies, gulai, diseduh sebagai teh, atau dihirup dengan vaporizer.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru