21.4 C
Indonesia

Malangnya Nasib Pai Lin, Gajah di Thailand Yang Kini Cacat Karena Bekerja Mengangkut Turis Selama 25 Tahun

Must read

THAILAND – Seekor gajah senior di Thailand mengalami cacat permanen setelah sebelumnya dipekerjakan sebagai hewan pengangkut selama 25 tahun.

Kecacatan itu terlihat jelas di tubuhnya, dengan bentuk punggung bagian tengah-belakang yang lebih rendah karena kerangkanya menurun.

Mengutip Kompas, Wildlife Friends Foundation Thailand (WFFT) mengatakan gajah betina bernama Pai Lin itu sering dipaksa membawa enam turis sekaligus ketika bekerja dahulu.

Keenam turis itu duduk di tempat bernama howdah yang diletakkan di punggung Pai Lin sebelum dibawa berjalan-jalan.

“Pai Lin memiliki kehidupan yang panjang dan sulit,” kata Amy Jones, juru bicara WFFT kepada Newsweek.

“Dia digunakan untuk trekking gajah, sebagai penyangga pengemis jalanan, dan di industri penebangan kayu selama bertahun-tahun. … Karena itu, tulang belakangnya terlihat cacat, dan dia memiliki banyak bekas luka yang disebabkan oleh luka tekan,” tambahnya.

Atraksi menunggang gajah memang menjadi salah satu atraksi yang populer di banyak tempat wisata di seluruh dunia–termasuk di Thailand.

Padahal, kegiatan tersebut membahayakan kehidupan gajah karena tulang punggung mereka yang secara alami tidak terbentuk untuk menahan beban.

Sementara itu, di industri ini, seekor gajah dibuat mengangkut beberapa orang sekaligus dalam sekali perjalanan–dan mereka bisa melakukannya lebih dari satu kali sehari.

“Sangat umum untuk melihat punggung gajah yang lebih tua yang telah bekerja di industri penebangan, pengemis jalanan, atau pariwisata sepanjang hidup mereka,” kata Jones kemudian.

“Di WFFT, kami melihatnya di banyak gajah tua yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk praktik ini,” sambungnya.

Pai Lin hanyalah satu dari total 24 ekor gajah yang kini dirawat oleh WFFT di cagar alam seluas 44 hektar yang berlokasi di dekat kota pesisir Hua Hin, Thailand.

Mamalia berusia 71 tahun itu diselamatkan pada tahun 2007 lalu dan tiba di penangkaran dalam keadaan ketakutan, kurus, dehidrasi, dan menderita infeksi pernapasan.

Sekarang, selain tubuhnya yang mengalami cacat, ia hidup bebas di area yang penuh dengan pepohonan alami, danau, dan area penggembalaan.

Pihak yayasan memberikannya perawatan selama 24 jam penuh, suplemen khusus, dan makanan padat nutrisi.

“Syukurlah, karena tidak ada lagi beban atau tekanan pada tulang belakang Pai Lin, kerusakannya tidak semakin parah,” kata Jones.

“Untuk sejenis gajah betina yang sangat tua, dia masih sangat suka bermain dengan semangat hidup,” lanjutnya.

Direktur sekaligus pendiri WFFT, Edwin Wiek, mengaku sengaja membagikan kisah Pai Lin untuk meningkatkan kesadaran tentang kekejaman terhadap gajah, termasuk di industri pariwisata.

“Penting untuk dipahami bahwa gajah, tidak seperti kuda, tidak dibiakkan untuk ditunggangi. Mereka bukan hewan peliharaan dan diambil dari alam liar dan disimpan dalam kondisi yang mengerikan,” katanya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru