MAKASSAR – Makassar merupakan salah satu kunci perekonomian kota di Indonesia. Dilansir dari Asean Australia Smart Cities Trust Fund diketahui bila Kota Makassar adalah kota terbesar di Sulawesi Selatan yang menyumbang 20% dari populasi dan lebih dari 50% dari perkiraan PDB. Ekonomi di kota ini disebutkan dibangun berdasarkan perdagangan, konstruksi dan manufaktur, dan berkembang pesat.
Selain itu, laporan yang disusun pada tahun 2021 itu juga menyebutkan bila Makassar memiliki sistem yang relatif otonom dari pemerintah pusat.
Namun sektor publik masih berperan penting dalam fungsi perekonomian. Sekitar 42% dari populasi masyarakat di kota Makassar bekerja tetapi seperempat diantaranya hidup dalam kemiskinan atau kemiskinan ekstrem.
Dengan menggunakan indikator PBB, diketahui bila 12,6% atau sekitar 190.000 orang di Makassar hidup di garis kemiskinan ekstrim dengan pendapatan kurang dari USD1/hari atau sekitar Rp 15.537 per hari.
Sementara itu 25% diantara populasi masyarakat Makassar atau sekitar 380.000 orang hidup dalam kemiskinan dengan penghasilan kurang dari USD2/hari atau sekitar Rp 31.074 per hari.
“Temuan ini jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional Indonesia,” sebagaimana dirilis oleh Bank Dunia tahun 2018 lalu.
Angka ini diperoleh berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan tingkat inflasi tahun kalender Makassar Januari 2020 sebesar 0,66 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2020 terhadap Januari 2019) sebesar 2,25 persen.
Perekonomian Makassar sempat tumbuh di posisi 6,20 persen pada awal 2020 dan merosot menjadi 2,8 persen pada kuartal II-2020.
Karena pandemi COVID-19 kontraksi perekonomian Kota Makassar yang diharapkan tumbuh pada tahun 2020 dan 2021 juga mengalami perubahan.
Walikota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto atau akrab disapa Danny Pomanto mengambil bebrapa langkah untuk mengatasi hal tersebut, diantaranya: Melonggarkan kegiatan perekonomian dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, Memastikan pasokan dan distribusi barang untuk menjaga stabilitas harga.
Kemudian, Menyusun skema bantuan untuk menjaga kelangsungan produksi, dan mengalokasikan anggaran belanja daerah efektif dalam program stimulus kegiatan ekonomi.
Danny Pomanto juga menargetkan pembangunan di enam sektor, diantaranya: Perdagangan, Transportasi, Industri pengolahan, Konstruksi, Akomodasi, layanan penyediaan makanan dan minuman, dan Layanan perusahaan.
Industri
Fondasi perekonomian Makassar terletak pada sektor tersier dan sekunder. 5 sektor teratas yang menyumbang 71% ekonomi Makassar selama 2015-2019 diantaranya: pertama manufaktir, kedua perdagangan grosir dan eceran, perbaikan kendaraan bermotor, dan sepeda motor.
Ketiga konstruksi, keempat informasi dan komunikasi, dan kelima kegiatan keuangan dan asuransi.
Visi Ekonomi
Masih dari data yang sama, di luar badai pandemi COVID-19, diprediksi perekonomian Kota Makassar akan mulai memasuki fase pemulihan dengan memaksimalkan perbaikan di sektor-sektor strategis.
Strategi yang diterapkan oleh Danny Pomanto antara lain dengan menyiapkan stimulus ekonomi khusus bagi UKM (usaha kecil dan menengah) unggul, skema bantuan untuk menjaga kelangsungan produksi, menyiapkan jaringan pengaman sosial yang terdampak dan refocusing F serta realokasi anggaran.
Perkembangan utama kota ini yang diharapkan dapat merangsang perekonomian lokal di tahun 2022 dan selanjutnya adalah Pengembangan Pelabuhan new Makassar, Kereta kargo Makassar ke Parepare, Stasiun Kereta Baru, Pusat Bisnis Terpadu Internasional (Ekspansi Kawasan Bisnis Global ke area yang direklamasi), Pusat rekreasi & olahraga baru, Menumbuhkan kawasan hunian untuk kisaran pendapatan menengah-tinggi, dan Pusat maritim, termasuk pelabuhan perikanan, gudang, manufaktur, penyimpanan dingin, pusat pendidikan untuk industri kelautan dan perikanan (timur laut Makassar)
