21.4 C
Indonesia

Kenapa Menara Pisa Bentuknya Miring? Ini Penjelasannya

Must read

Jacob menahan menara Pisa (Foto: Martin Selitubun/ THE EDITOR)

ASISI – Perjalanan saya selanjutnya adalah berkunjung ke menara miring di Kota Pisa, Italia. Saat ini saya berada di Asisi, jadi diperlukan waktu sekitar tiga jam untuk tiba di Pisa dengan menggunakan bus bersama para rombongan para peziarah Christour.

Perjalanan diisi dengan doa dan pujian serta dilengkapi dengan informasi singkat mengenai menara miring ajaib, oleh tour leader kami Pak Wibisono.

Oya, kita tentu mengenal Menara Pisa dalam pengetahuan umum yang diajarkan di sekolah dasar sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Tentu saja kami semua merasa sangat antusias dan bersyukur karena bisa melihat keajaiban dunia kali ini, sekalipun panasnya senja itu mencapai tiga puluh enam derajat celcius.

Pisa adalah salah satu kota yang terkenal pada pada abad ke tiga belas hingga abad ke lima belas karena merupakan kota pelabuhan yang disegani di Italia.

Saat itu persaingan antar kota dagang dan pelabuhan sangat ketat, karena diantaranya adalah Genova dan Venezia. Kota ini berada dekat di muara sungai Arno.

Menara Miring

Salah satu warisan terkenal yang dapat kita nikmati hingga saat ini adalah sebuah Campanille atau menara lonceng yang terkenal di katedral Pisa, Italia. Menara Pisa mulai dibangun sejak Agustus 1173. Dalam proses pembangunanya mengalami serangkaian kendala mulai dari perang hingga masalah bangunan yang miring. Maka tak heran jika menara memakan waktu pembangunan kurang lebih hampir 2 abad, karena sempat dihentikan dalam waktu yang cukup lama.

Kendala lain yang menyebabkan bentuknya yang miring, karena dibangun di atas tanah yang tidak stabil dan mengandung banyak air. Karena hal itu, tanah ini tak kuat untuk menahan beban dan akhirnya bangunan berdiri miring disalah satu sisinya. Berbagai upaya dari arsitek yang mengerjakan juga sudah dilakukan, namun tak membuahkan hasil.

Hingga akhirnya pada 1350, Tommaso Pissano arsitek ke-tiga dalam proses pembuatan Menara Pisa yang dapat menyelesaikan bangunan ini. Dirinya melakukan tahap finishing dengan menambahkan tangga dan menambah ketinggian lantai paling atas. Setelah tiga arsitek mencoba melanjutkan pembangunan Menara Pisa dan tak bisa mengembalikan atau mengubah strukturnya menjadi lurus, pada 1370 menara ini pun akhirnya dapat diselesaikan.

Menara ini terletak di belakang katedral dan merupakan bangunan ketiga Campi dei Miracoli (lapangan keajaiban) di kota Pisa. Ketinggaian menara ini adalah 55,86 meter dari permukaan tanah tertinggi. Kelebaran dinding dibawahnya mencapai 4,09 meter dan di puncak 2,48 meter. Dengan beratnya yang mencapai 14.500 ton. Menara ini memiliki 294 anak tangga. Desain menara lonceng yang unik dan artistik ini menjadi salah satu tempat yang dilindungi oleh lembaga Unesco.

Suasana disekitar basilika Pisa yang dipenuhi turis (Foto: Martin Selitubun/ THE EDITOR)

Field of Miracles sendiri diisi dengan Duomo sebagai sentralnya, gedung pembabtisan, dan menara loncengnya yang miring. Kami pun harus berdesak-desakan dengan para turis dari berbagai belahan dunia di bawah terik matahari, hanya untuk mencari spot foto yang kece. Ada yang bergaya seperti mendorong Menara Pisa, ada yang bertingkah hendak memegang puncak Pisa, ada juga yang seolah mengangkat kemiringan Pisa, dan banyak lagi. Kami pun membuat gaya seakan-akan mendorongnya beramai-ramai. Rasanya senang sekali karena melihat kebersamaan dan keseruan tersebut.

Keindahan basilika dan menara miringnya di senja itu menambah eksotisnya tempat tersebut. Hal ini disempurnakan oleh lapangan rumput hijau di sekelilingnya. Menurut Suster Yustin, JMJ, kita harus bersyukur atas perjalanan ziarah kali ini. Selain berdoa, kita juga yang mengunjungi tempat-tempat bersejarah penting dan kita harus menjaga warisan dunia ini.

“Ya. Kita harus menjaganya karena bagaimanapun juga, sejarah masa lampau akan membantu kita memasuki masa depan”, kata Suster Yustin, seorang biarawati yang berasal dari Keuskupan Manado ini.

Setelah berpuas-puas foto, kami pun keluar dari gerbang katedral. Disepanjang perjalanan keluar gerbang, terdapat banyak toko souvenir khas Pisa dengan harga yang cukup terjangkau. Setelah makan malam kami pun menuju penginapan dengan menumpangi bus.

Setelah semalam menginap di Pisa, kami pun melanjutkan perjalanan ke Lourdes, dengan singgah di Negara Monaco, Kota Ese, dan Kota Nice di Perancis. Thanks God for this beautiful Journey.

Penulis adalah seorang pastor dari Keuskupan Agats Papua

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru