JAKARTA – Serial K-Drama “Squid Game” pernah–atau bahkan masih–menjadi fenomena industri kreatif asal Korea Selatan yang mengguncang dunia.
Rilis di layanan streaming Netflix pada tahun 2021, tontonan ini menceritakan upaya orang-orang yang kesulitan secara finansial untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar lewat rangkaian permainan anak-anak yang dibawakan dengan versi mematikan.
Serial ini menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia, bahkan mereka yang bukan pencinta K-Drama, dan mengantarkan Netflix mencapai rekor 1,65 miliar jam penayangan hanya dalam 28 hari pertama perilisannya.
Atas popularitas tersebut, Los Angeles Times melaporkan bahwa perusahaan yang dikenal dengan logo huruf N berwarna merah itu diestimasikan mendapat keuntungan sebanyak $900 miliar (sekitar Rp13,5 ribu triliun).
Tak hanya itu, “Squid Game” juga menyabet enam penghargaan dari ajang Emmy Awards ke-74, termasuk Outstanding Directing for a Drama Series untuk Hwang Dong-Hyuk selaku pembuatnya.
Meskipun begitu, di balik semua hingar-bingar yang dibawa oleh kesuksesan serial ini, Hwang dikabarkan tidak menerima sebanyak yang mungkin kita bayangkan.
Masih menurut Los Angeles Times, Hwang dalam kontraknya dinyatakan kehilangan semua hak kekayaan intelektual dan tidak menerima residual.
Dalam hal ini, residual diartikan sebagai pembayaran royalti yang biasanya diterima oleh penulis, sutradara, dan aktor ketika karya mereka digunakan kembali setelah siaran awal.
Itu artinya, Hwang tidak menerima apapun dari Netflix setelah sembilan episode “Squid Game” tayang pada 17 September 2021.
Hal ini pernah disinggungnya dalam wawancara dengan The Guardian, menyebutkan bahwa perusahaan layanan streaming itu tidak memberikannya bonus.
Setelah menertawakan pertanyaan jurnalis Stuart Jeffries terkait kekayaannya berkat “Squid Game”, ia mengatakan bahwa dirinya “tidak sekaya itu”.
“Tapi saya punya cukup. Saya punya cukup [uang] untuk membeli makanan sehari-hari. Dan ini tidak seperti Netflix memberikan saya bonus. Netflix membayar saya sesuai kontrak asli,” jelasnya.
Fakta ini menjadi sorotan baru di tengah gelombang mogok kerja para penulis Hollywood yang menuntut bayaran yang sesuai di era streaming sekarang ini.
Korea Selatan diperkirakan akan menjadi fokus baru Netflix dalam mengembangkan bisnisnya dengan sistem kerja yang tidak mengikuti apa yang dituntut di Hollywood.
Hal ini semakin dipertegas dengan keputusan perusahaan itu menambahkan investasi sebesar $2,5 miliar (sekitar Rp37,6 triliun) untuk konten-konten dari negeri ginseng tersebut selama empat tahun ke depan.
Sementara itu, pelaku industri kreatif Korea Selatan mulai mempertanyakan model bisnis Netflix dan khawatir negara mereka hanya akan menjadi tak lebih dari tempat tawar-menawar bagi perusahaan streaming global.