THE EDITOR – Pelatihan P3PD membuat Kepala Desa Kutuh I Wayan Mudana berani dan memiliki kreatifitas mengembangkan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) dalam bentuk Pertashop (Pertamina Shop) untuk melayani para wisatawan.
Sebagaimana diketahui P3PD (Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa) adalah salah satu cara pemerintah memperkuat kapasitas kelembagaan dan sistem akuntabilitas yang akan mengarahkan pada peningkatan kualitas belanja di tingkat desa.
Desa Kutuh sebagai salah satu daerah terkaya di Indonesia terkenal karena BUMDesnya mendorong usaha masyarakat di berbagai bidang.
Meski demikian, pelatihan P3PD ternyata membuka cakrawala berpikir yang baru bagi I Wayan untuk mengembangkan bisnis desa lebih jauh lagi.
Salah satu yang ia kembangkan adalah Pertashop agar turis yang berwisata ke pantai-pantai indah di desa tersebut tidak perlu jauh-jauh mengisi BBM (Bahan Bakar Minyak).
“Pengembangan-pengembangan usaha yang bisa kita kembangkan apakah melibatkan pihak ketiga. Kemarin kita buka Pertashop setelah ikut pelatihan itu (P3PD),” kata I Wayan kepada The Editor beberapa waktu lalu.
Saat ini, katanya, BUMDes Desa Kutuh yang berdiri sejak tahun 2016 ini mampu mengelola banyak bisnis usaha, seperti penjualan barang dan jasa, pengangkutan sampah dan bisnis perawatan tubuh atau SPA.
Tapi, I Wayan akui bila pelatihan P3PD memberi pola pikir baru dalam pengembangan BUMDes bernama Manik Sedana ini lebih jauh lagi bagi perkembangan desanya.
“Di semester pertama saja kami bisa capai pendapatan hingga 600 juta karena target di tahun ini kita adalah 1,2 miliar. Ini target ya,” katanya.
Jadi, lanjutnya, Desa Kutuh bisa memenuhi harapan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian agar setiap desa mampu meningkatkan angka PAD (Pendapatan Asli Daerah) masing-masing setiap tahun.
“Jadi obsesi menteri (untuk meningkatkan) PAD desa terbuka seluas-luasnya untuk bisa tinggi kedepannya,” jelasnya.
MENTERI TITO INGIN APARAT DESA MAMPU TINGKATKAN PAD
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dalam acara Temu Karya Nasional serta Penganugerahan Desa dan Kelurahan Berprestasi Tahun 2024 di Gedung Ksirarnawa Art Center Bali pada Rabu (8/10/2024) meminta agar aparat desa mampu meningkatkan PAD mereka masing-masing.
Sehingga kedepannya, desa-desa di Indonesia tidak lagi mengandalkan dana dari pusat dalam mengembangkan wilayahnya.
Jadi, ia mengaku tidak akan pernah memekarkan desa tanpa aturan yang jelas.
“Tapi mampu untuk mendapatkan PAD. Kalau di desa PADes. Itu sebetulnya tujuannya. Makanya kalau ada pemekaran desa dan kecamatan kita tidak semarang setujui. Kalau tidak hanya akan menjadi beban,” kata Tito.
Jadi, ia berharap aparat desa memiliki konsep membangun wilayahnya, termasuk juga kemampuan berwirausaha.