JAKARTA – Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volker Turk mengimbau seluruh pihak yang terlibat dalam meletusnya perang antara Israel dan Palestina serta negara-negara penting di kawasan itu untuk melakukan deeskalasi.
Deeskalasi, menurutnya, dilakukan untuk menghindari pertumpahan darah lebih lanjut. Ia juga menyerukan agar serangan-serangan di antara kedua negara segera dihentikan.
“Serangan ini mempunyai dampak yang mengerikan terhadap warga sipil Israel… Warga sipil tidak boleh menjadi sasaran serangan,” katanya.
Kelompok militan Islam Palestina, atau yang lebih dikenal sebagai Hamas, pada Sabtu (7/10) meluncurkan serangan mematikan tanpa peringatan ke wilayah Israel.
Serangan yang mereka sebut sebagai “Operasi Al-Aqsa” itu menghadirkan ribuan roket dari Gaza, Palestina, dan puluhan militan Hamas yang menerobos ke Israel.
Akibat serangan tersebut, ratusan warga Israel dilaporkan meninggal dan ratusan lainnya menjadi sandera kelompok Hamas.
Tak hanya itu, serangan itu juga mengundang serangan balik dari Israel ke wilayah Palestina yang sama mengerikannya.
Utusan Khusus Israel di PBB Gilad Erdan pada Minggu (8/10) mengutuk serangan Hamas ke Israel, menyebutnya sebagai “pembantaian yang biadab”.
Ia melaporkan bahwa ratusan warga Israel tewas dalam serangan itu, dengan warga sipil “ditembak mati” oleh “teroris yang kejam”
“Kejahatan perang Hamas harus dikutuk dengan tegas. Kekejaman yang tak terbayangkan ini harus dikutuk,” katanya.
“Israel harus diberi dukungan yang teguh untuk membela diri, untuk membela dunia yang bebas. Israel tidak akan menerima perbandingan yang salah, palsu, dan tidak bermoral antara kelompok teror biadab yang menarget orang-orang tak berdosa dan negara demokratis Israel.
“Ini bukanlah perbandingan yang dapat dilakukan oleh PBB atau Dewan Keamanan. Tidak ada perdamaian dengan teroris genosida,” paparnya.
Lebih lanjut, Erdan menggambarkan serangan Hamas pada Sabtu sebagai “serangan 9/11 Israel,” dan bahwa negara itu “akan melawan dan menang.”
“Israel akan melakukan semua hal untuk membawa pulang putra dan putri kami kembali ke tanah air,” tegasnya.
Sementara itu, Utusan Khusus Palestina untuk PBB Riyad Mansour mengatakan Israel perlu “mengubah arah” untuk mewujudkan perdamaian.
Ia membandingkan perlakuan yang diterima Israel dari politisi dan media setelah mendapat serangan dengan perlakuan terhadap Palestina yang selama ini diserang.
“Sayangnya, bagi sebagian media dan politisi, sejarah dimulai ketika warga Israel terbunuh. Rakyat kami telah mengalami tahun demi tahun yang mematikan,” katanya.
“Kami datang ke Dewan Keamanan setiap bulan, memperingatkan akan konsekuensi dari kekebalan hukum Israel dan kelambanan internasional,” tambahnya.
Mansour kemudian menggarisbawahi bahwa saat ini bukan waktu untuk membiarkan Israel melipatgandakan pilihan-pilihan buruknya.
“Ini adalah waktu untuk mengatakan kepada Israel bahwa mereka harus mengubah arah, bahwa ada jalan menuju perdamaian di mana tidak perlu ada orang Palestina maupun Israel yang terbunuh,” jelasnya.