JAKARTA – Mahasiswa yang mendaftar di beasiswa LPDP (lembaga pengelola dana pendidikan) sebaiknya sadar kalau dana yang dipakai untuk menyekolahkan mereka di luar negeri secara gratis diambil dari uang rakyat Indonesia.
Demikian dikatakan oleh Dosen Teknik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus juga sebagai pewawancara mahasiswa LPDP Lukito Edi Nugroho yang diunggah oleh Agung Saharuddin melalui akun media sosial Instagramnya di @mhagungs beberapa hari yang lalu.
“Ingat ya mas dan mbak, beasiswa LPDP itu berasal dari duit rakyat,” kata Lukito.
Apa Alasan Lukito Berkata Demikian?
Selama ini, lanjut Lukito, banyak pelamar beasiswa LPDP yang tidak logis saat menjelaskan cara mereka akan berkontribusi usai lulus dari program beasiswa tersebut.
Tak hanya itu, Lukito juga mengaku miris melihat pelamar beasiswa yang tidak rendah hati dan hanya mementingkan ego pribadi saat bertemu dengan para pewawancara, seperti yang ia temui di beberapa calon pelamar.
Self esteem yang tinggi, demikian istilah yang dipakai oleh Lukito untuk menggambarkan sikap para pelamar beasiswa LPDP saat bertemu dengannya. Dalam Bahasa Indonesia, Self Esteem berarti Harga Diri.
Harga diri para pelamar ini menurut Lukito tidak relevan karena ternyata ia menemukan fakta lain, yaitu rata-rata para pelamar memiliki self esteem yang tinggi tapi tidak diikuti dengan kontekstualisasi logis saat menerapkan ilmunya bila kembali ke Indonesia.
Sehingga, akhirnya para pelamar yang memiliki nilai tinggi di bidang akademik tadi hanya cocok jadi aksesoris pajangan saja.
Lukito mengaku pernah mewawancarai seorang pelamar yang ingin belajar tentang RE (renewable energy) di luar negeri dan berjanji kelak akan berkontribusi dengan membangun infrastruktur RE untuk mengalirkan listrik ke Indonesia bagian Timur.
“Ketika ditanya caranya bagaimana, dia bilang dia akan membuat perusahaan RE dan membangun pembangkit-pembangkit mikrohidro di sungai-sungai di pedalaman Papua dan Maluku, lalu dengan itu dia bisa melistriki desa-desa,” katanya.
“Oh come on boys, sebaiknya kalian turun ke bumi dan melihat realitas yang ada,” ungkapnya langsung.
Pelamar LPDP Tinggi Hati
Alasan mengapa para pelamar kebanyakan dianggap hanya aksesoris belaka meski pintar secara akademik menurut Lukito karena mereka tidak rendah hati.
Sikap ini menurutnya membuat para pelamar hanya melihat segala persoalan dari sudut pandang dirinya saja.
Fokus yang keliru semacam itu menurutnya tidak akan memunculkan solusi efektif usai lulus nanti. Karena membuat para pelamar juga sulit untuk menerima saran dari orang lain.
Pelamar Sering Ngotot dan Tak Punya Argumentasi Yang Positif
Tak hanya itu, lanjutnya lagi, pelamar beasiswa banyak yang keras kepala. Hal ini yang membuat langkah mereka sering terjegal saat melamar beasiswa.
Saat bertemu dengan para pewawancara, kata Lukito, pelamar LPDP akan diberi informasi lengkap mengenai keahilan yang hendak pelajari di luar negeri.
Bila keahilan tersebut tersedia lengkap di dalam negeri, maka pewawancara akan merekomendasikan universitas di Indonesia.
Sayangnya, saran pewwawancara ini, kata Lukito, ditolak mentah-mentah oleh para pelamar.
“Mau belajar manajemen teknologi tepat guna kok sampai ke Oxford, Inggris. Pewawancara sebenarnya oke-oke saja jika memang ada argumentasinya yang solid untuk kengototan itu, tetapi kalau ngototnya semata di dasari oleh kepercayaan diri bahwa ‘saya layak sekolah di LN (luar negeri)’ atau hanya dengan alasan ‘dengan sekolah di LN saya akan mendapatkan wawasan baru’, itu yang tidak bisa diterima,” tutur Lukito.
Rencana Pelamar Harus Logis dan Realistis
Lukito ingatkan bila ingin mendapatkan beasiswa LPDP, maka para pelamar harus memiliki rencana yang logis dan realistis.
Ia tidak meminta rencana yang diajukan harus lengkap dan terperinci. Namun, Lukito berharap pelamar menyadari potensi mereka masing-masing dan bisa menempatkan diri.
Karena, kata Lukito, LPDP hanya mencari mahasiswa yang mampu menggunakan kepintarannya dalam membantu Indonesia, bukan sekedar sosok muda yang pintar saja.
Beasiswa Juga Bukan Ajang Jalan-Jalan Gratis
Lukito juga meminta agar para pelamar LPDP tidak menganggap beasiswa ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan cuti tak berbayar atau jalan-jalan gratis.
“Jika seperti ini niatnya, percayalah, studi lanjutnya tidak akan berkah, karena beasiswa LPDP hakikatnya adalah amanah dari seluruh rakyat Indonesia,” tandasnya.