UNI EMIRAT ARAB – Bandara Internasional Dubai pada Selasa (16/4) malam waktu setempat harus menutup penerbangan masuk setelah dilanda banjir besar.
Banjir itu terjadi menyusul hujan lebat disertai badai petir yang melanda Uni Emirat Arab (UEA), yang kemudian dirujuk sebagai “peristiwa cuaca bersejarah”.
Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa banjir tersebut disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, yakni sebesar 100 mm hanya dalam 12 jam.
Curah hujan itu sendiri diketahui melebihi rata-rata tahunan yang biasanya hanya mencapai 94,7 mm.
Akibatnya, Dubai, yang merupakan kota terpadat di UEA dan menarik banyak wisatawan, lumpuh. Sejumlah wilayah lain di UEA juga dilaporkan tergenang banjir.
Foto dan video yang tersebar di media sosial menunjukkan mobil-mobil mewah terjebak banjir yang menyentuh hingga atapnya di jalan raya yang berubah menjadi sungai.
Beberapa pengendara dilaporkan terpaksa meninggalkan kendaraan mereka ketika banjir mulai naik. Sementara itu, kemacetan juga terjadi.
Banjir juga menjangkau pusat perbelanjaan utama Dubai Mall dan Mall of the Emirates serta satu stasiun Metro Dubai.
Beberapa jalan amblas akibat fenomena ini, sementara pemukiman warga dilanda banjir besar. Di saat yang bersamaan, banyak warga melaporkan kebocoran pada atap, pintu, dan jendela.
Melansir CNN Indonesia, ketidaksiapan infrastruktur Dubai untuk menangani cuaca ekstrem disebabkan oleh iklimnya yang panas dan kering serta jarang terpapar hujan.
Para pakar meyakini curah hujan deras seperti ini akan semakin sering terjadi ke depannya akibat dari perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Hujan lebat juga melanda Arab Saudi, Bahrain, dan Qatar. Di Oman, hujan lebat menewaskan 18 orang.
