23.3 C
Indonesia

Fenomenal! IDF 2024 Berani Tampilkan Bedhaya Hagoromo di Ajang Pembuka

Must read

THE EDITOR – Semua mata terpana saat Sang Maestro Didik Nini Thowok kembali ke pentas dengan membawa sebuah mahakarya yang tak pernah ada sebelumnya di dunia ini, Bedhaya Hagoromo.

Bedhaya Hagoromo sebelumnya hanya pernah dipentaskan dihadapan Sri Sultan Hamengkubowono X di tahun 2014 lalu. Seiring dengan keputusan baru dari Keraton Yogyakarta, kini tarian yang dulu hanya bisa dinikmati oleh para bangsawan kelas atas ini akhirnya bisa dipamerkan kepada masyarakat luas lewat pagelaran seni bertaraf internasional bernama Indonesian Dance Festival (IDF) 2024.

Namun, mengapa IDF menampilkan karya yang hanya menampilkan pria dalam tarian pembuka IDF 2024 kali ini?

Baca Juga:

Perlu diketahui, tarian Bedhaya Hagoromo yang dipentaskan di ajang pembuka IDF 2024 menampilkan 8 pria yang digawangi oleh Sang Maestro Didik Nini Thowok serta 4 mastro lainnya dari Amerika Serikat dan Jepang.

Selama ini, Tari Bedhaya hanya ditampilkan oleh penari wanita di Istana para raja-raja Jawa.

Setelah menempuh pendidikan di Jepang, Didik terinspirasi untuk mengkombinasikan dua bentuk seni klasik antara tari Bedhaya dari Jawa dan pertunjukan Noh dari Jepang. 

Rumusan karya ini terbentuk karena Didik menemukan adanya kesamaan cerita pada tari klasik Jawa dan Jepang, yaitu legenda Jaka Tarub. 

BAGAIMANA IDF MELIHAT HAL INI?

Co-Founder IDF, Nungki Kusumastuti (PHOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)
Co-Founder IDF, Nungki Kusumastuti (PHOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)

The Editor mendapat kesempatan untuk berbincang dengan salah satu Co-Founder IDF yaitu Nungki Kusumastuti yang mengatakan bila IDF kali ini memang mendorong konsep kemanusiaan yang salah satunya diperkenalkan lewat tarian pembuka Bedhaya Hagoromo kepada penonton.

“Ada banyak persoalan gender yang sering muncul dalam tarian kontemporer secara global dan juga di Indonesia, bahkan di agama-agama yang ada di Indonesia,” ungkap Nunik saat ditemui usai pagelaran hari pertama IDF 2024 di Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada Sabtu (2/11/2024).

“Menampilkan penari pria di atas panggung sebenarnya masih menjadi persoalan di Indonesia,” ungkapnya lagi.

Di ajang IDF 2024 ini juga, Nunik mengatakan bila ia ingin menunjukkan hal baru kepada dunia tentang tarian di Indonesia. Dimana salah satu yang ia ingin tonjolkan bahwa seni tari memiliki artian yang sangat mendalam, bukan sekedar mengutamakan keindahan dan  teknik yang dikuasai oleh para penari.

“Tarian itu harus membuat orang sangat bahagia, itu yang paling penting. Kalau penonton bahagia, maka tarian itu menjadi sebuah karya seni. Jadi tarian itu tidak sekedar mampu menari dengan teknik yang hebat atau cantik dan baik, namun lebih dari itu,” ungkapnya.

Nungki mengaku tidak mendapat penolakan dari kelompok agama manapun saat mengumumkan bahwa tarian pembuka IDF akan menampilkan penari pria yang akan menarikan Bedhaya yang dalam sejarah hanya ditarikan oleh perempuan di hadapan raja-raja Jawa saja.

(Dari kiri) Wakil Menteri Kebudayaan Indonesia Giring Ganesha, Akira Matsuki, Guru dan aktor utama tari Noh klasik di Kita School, Didik Nini Thowok, Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon, Richard Emmer Profesor Pertunjukan Asia di Universitas Musashino dan instruktur tari Noh (FOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)
(Dari kiri) Wakil Menteri Kebudayaan Indonesia Giring Ganesha, Akira Matsuki, Guru dan aktor utama tari Noh klasik di Kita School, Didik Nini Thowok, Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon, Richard Emmer Profesor Pertunjukan Asia di Universitas Musashino dan instruktur tari Noh (FOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)

Hal demikian menurut Nungki perlu diketahui oleh komunitas internasional bahwa IDF 2024 juga memperjuangkan kesetaraan gender. Sehingga, perjuangan ini tidak sekedar dilakukan oleh politisi, ekonom, pemerintah dan lain sebagainya saja.

Tiket penjualan festival IDF 2024 yang habis di hari pertama pertunjukan menurut Nunik juga sangat mengejutkan. Hal demikian menurutnya menjadi pertanda bahwa masih banyak penikmat seni yang ingin hadir dan menyaksikan tarian kontemporer di jaman modern ini.

Menampilkan Didik Nini Thowok di ajang festival IDF 2024 bagi Nungki juga menjadi kebanggaan tersendiri karena Sang Maestro memiliki ciri khas tertentu dan konsisten di bidangnya.

Terkait hal tersebut, Didik Nini Thowok yang dijumpai The Editor usai acara mengucapkan terima kasih atas pujian Nungki. Ia mengaku sangat senang bisa menampilkan tarian yang ternyata disukai oleh banyak penonton dari berbagai kalangan.

BANGGA KARENA IDF KALI INI MENAMPILKAN TARIAN YANG SAKRAL

The dancer of Bedhayan Hagoromo, from left - Raga Mulya Tetet Mateus and Didik Nini Thowok (PHOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)
The dancer of Bedhayan Hagoromo, from left – Raga Mulya Tetet Mateus and Didik Nini Thowok (PHOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)

Bahagia karena IDF mengundangnya untuk hadir di ajang festival yang telah memasuki usia yang ke-32 juga dikatakan oleh Petra Poelzi, kurator asal Jerman kepada The Editor.

“Aku sangat bangga dapat hadir di ajang IDF yang usianya sudah lebih dari 30 tahun ini. Aku semakin antusias,” kata Petra.

Petra juga mengaku sangat senang karena IDF mampu dan berani menampilkan karya yang dulunya hanya bisa dinikmati oleh para bangsawan di panggung seni mereka di tahun ini. Hal demikian bagi Petra menjadi kehormatan yang istimewa. Ia juga kagum karena di hari pertama IDF 2024, 800 kursi yang tersedia di ruangan Gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki diisi penuh oleh penonton.

spot_img

More Articles

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru