JAKARTA – Dia adalah satu dari sekian wanita Indonesia keturunan Tionghoa yang mencintai budaya Nusantara begitu besar. Namanya adalah Aylawati Sarwono.
Wanita kelahiran Malang ini layak disandingkan dengan para seniman dunia yang mementaskan seni dan musik di dunia.
Ia adalah salah satu budayawan, seniman dan artis yang menari untuk memberikan kehidupan pada banyak orang, bukan mencari uang semata.
Lihat saja cara wanita yang akrab disapa Ayla ini saat membacakan dialog demi dialog dalam pentas Wayang Orang yang dimainkan tahun 2016 lalu.
Ayla yang memerankan tokoh Drupadi ini terdengar lantang dan membuat hati siapapun bergetar saat mendengarnya.
Dalam Catatan Redaksi The Editor, Ayla juga diketahui sering mengadakan pentas seni di panggung-panggung internasional seperti gedung Sydney Opera House, gedung UNESCO di Paris, gedung Carnegie Hall di New York, gedung KBRI (kedutaan besar republik indonesia) di Bangkok dan Istana Negara Republik Indonesia.
Bila berbincang dengannya, istri pengusaha dan budayawan legendaris Jamu Jago, Jaya Suprana ini selalu mengatakan bahwa seni pertunjukan adalah pengingat bagi setiap orang bahwa Indonesia itu sangat kaya.
Jadi, untuk mengingat anugrah yang luar biasa ini, Ayla, Jaya Suprana bersama dengan sahabat-sahabatnya memberi ruang untuk para seniman ikut serta dalam perjalanan mereka hingga ke panggung-panggung internasional.
Ayla sendiri memang sangat cantik. Dan dibalik kecantikan yang memukau itu, Ayla yang berparas putih dan bersih layaknya puteri-puteri dari Negeri Tiongkok ini ternyata sangat mahir menarikan tarian dari seluruh Indonesia.
Ingin tahu lebih banyak tentang Aylawati Sarwono? Simak perbincangan Redaksi The Editor berikut ini:
Mbak Ayla menari sejak kapan?
“Sejak Usia 4 tahun saya les balet, lalu saya juga belajar tari Jawa dengan para tetangga kampung di Sanggar Kampung sejak masih kecil. Sebelum kuliah di Amerika saya sempat belajar Tari Bali, dan sekembalinya dari Amerika saya belajar beberapa tarian lain seperti Sport Dance, Waltz dan Tango. Saya juga sempat menjadi juara 2 dalam ajang Asia Pacific Dance Festival. Lalu saya menekuni Tari Jawa Bedhayan selama 11 tahun ini.
Dari sekian banyak tarian yang dipelajari, tarian apa yang paling dikuasai?
Yang paling dikuasai ya Tari Bedhayan karena dilatih terus sampai sekarang.
Darah seni itu memang mengalir di dalam keluarga ya?
Darah seni mengalir di saya karena warisan dari Ibu. Kakek saya itu adalah seorang pelukis dan pencipta komik legendaris berjudul Panji Tengkorak dan Walet Merah. Saya sekolah jurusan Bisnis di Amerika. Papa dan Mama pedagang biasa.
Apa arti seni secara universal menurut mbak Ayla?
Seni adalah media untuk mengkomunikasikan imajinasi, gagasan, pikiran, melalui warna, bentuk, gerak dan musik secara estetik.
Berapa tarian nusantara yang berhasil mbak kuasai?
Tari Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Nusa Tenggara Barat.
Banyak yang kaget saat tahu kalau Mbak Ayla itu keturunan Cina tapi ahli dan menguasai budaya lokal dengan sempurna. Bagaimana menurut Mbak Ayla?
Tidak pernah memperhatikan reaksi orang terhadap kemampuan saya karena saya merasa biasa saja. Dan sampai sekarang saya masih belajar dan terus belajar.
Wayang Orang yang Mbak Ayla miliki sudah berhasil manggung dimana saja di dunia?
Sydney Opera House, Carnegie Hall New York, Unesco Paris, Moscow, Bangkok, dan Istana Merdeka Jakarta.
Siapa seniman dan musisi favorit Mbak Ayla?
Jaya Suprana
Lagu favoritnya apa?
Banyak
Kabarnya pernah bikin buku, buku apa itu mbak?
Bikin buku komik tentang Indonesia heritage untuk anak-anak.
Cita-cita Mbak Ayla itu apa sih?
Jadi manusia yg bahagia supaya bisa membuat orang lain bahagia juga.
Pernah tidak kepikiran berkarir di luar negeri?
Tidak
Mbak Ayla adalah satu dari sekian istri dari pengusaha kaya raya di Tanah Air, tapi senang pada budaya dan membantu menghidupi para seniman yang miskin, gimana ceritanya itu mbak?
Ceritanya panjang, semuanya karena hobby menari dan kecintaan pada keindahan
Kalau manggung sama Mbak Ayla itu syaratnya apa saja sih?
Ya biasanya yang vibes-nya cocok dan passionnya sama.
