PRANCIS – Kehebatan masyarakat Prancis dan Italia dalam menjaga kualitas produk pertanian, termasuk jamur truffle yang sangat sulit untuk didapatkan ternyata tidak bisa ditemukan di negara lain seperti China.
Olga Urbani, pemilik perusahaan Urbani yang mengontrol 70 persen perputaran jamur truffle di dunia mengatakan bahwa kualitas sangat penting dalam bisnis jamur truffle.
Italia dan Prancis yang selama ini hanya menggunakan jasa anjing pemburu untuk menemukan jamur ini tidak akan bisa dikalahkan oleh pemburu truffle dari manapun di seluruh dunia.
“Anjing hanya akan menemukan jamur truffle yang berkualitas baik karena semakin kuat aromanya maka semakin bagus dan mahal harganya,” ujar Olga kepada CBS.
Jamur truffle yang tumbuh secara individual di dalam tanah membuat anjing pemburu harus bekerja ekstra keras. Karena mengumpulkan 6 biji jamur saja perlu waktu satu hari penuh.
Jadi, bila ada penjual jamur truffle yang menyetor ke perusahaannya dalam jumlah yang tidak wajar maka Olga akan langsung memberi peringatan keras dengan menolaknya.
Namun nyatanya, lanjut Olga, bisnis ilegal dengan mencampurkan truffle impor berkualitas ini juga mulai dilakukan oleh beberapa karyawannya, dan bagi Olga ini sangat meresahkan.
“Jamur asal China kualitasnya sangat berbeda dengan truffle asal Prancis. Harganya pun sangat berbeda. Harga truffle asal Prancis dan Italia bisa mencapai ratusan dollar per 1/2 KG. Sementara truffle asal China hanya berkisar 20-30 dollar per 1/2 KG,” ungkap Olga.
Kata Olga lagi, kualitas jamur truffle asal China juga sangat rendah karena pemburu jamur ini disana menggunakan cangkul untuk mencarinya.
Selama ini,lanjutnya, tiap pemburu jamur asal China ini tidak mengandalkan kualitas melainkan kuantitas saja. Jamur temuan mereka rasanya seperti kayu, jadi tidak memiliki cita rasa seperti truffle yang ditemukan oleh orang Prancis dan Italia.
Jamur berkualitas rendah ini, kata Olga, juga mulai masuk secara ilegal ke perusahannya. Olga mengaku sangat terganggu dengan kondisi ini karena banyak orang yang menyelundupkan truffle asal China untuk mendapatkan harga tinggi dari perusahaannya.
“Sayangnya pelaku bisnis gelap ini juga orang Italia dan Prancis sendiri. Jadi harus berhati-hati. Terutama bisnis restoran. Banyak yang menggunakan nama truffle asal Prancis dan Italia ternyata di dapur mereka menggunakan truffle asal China,” katanya.
Kata Olga, truffle adalah budaya tradisional masyarakat yang sangat mencintai bahan makanan. Di gereja-gereja di Prancis cukup lazim ditemukan masyarakat yang menggunakan truffle sebagai uang persembahan saat beribadat.
“Sulit dipercaya ada produk seperti ini di Prancis. Jadi kalau ada yang merusak budaya ini rasanya sangat tidak menyangkan karena semua budaya puluhan tahun rasanya seperti sampah karena produk semacam ini,” kata Olga sembari menunjuk salah satu truffle kaleng produksi Prancis yang ternyata bahan dasarnya seluruhnya berasal dari China.